Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Memahami Ancaman Kenaikan Permukaan Laut di Indonesia

Kompas.com - 13/12/2021, 10:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Gino de Gelder

Selama beberapa tahun terakhir, berita tentang kenaikan permukaan laut telah muncul di mana-mana: berita tentang banjir rob yang intensitasnya semakin meningkat, pemindahan ibu kota Jakarta karena potensi Jakarta tenggelam secara perlahan, dan juga risiko menghilangnya pulau karena kenaikan muka laut, dan lain sebagainya.

Sebenarnya, apa yang menyebabkan kenaikan permukaan laut? Seberapa parahkah ancaman bagi Indonesia? Apa yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampaknya? Hal ini akan menjadi perbincangan yang selalu aktual oleh banyak orang.

Perubahan permukaan laut relatif terjadi pada beberapa skala yang berbeda sebagai respons terhadap faktor iklim, geologis, dan manusia.

Pada skala global, faktor terpenting yang berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut adalah ekspansi massa air yang menghangat dan pencairan es.

Baca juga: Indonesia Jadi Salah Satu Negara Paling Terdampak Kenaikan Permukaan Laut Ekstrem

Kedua hal ini berhubungan langsung dengan peningkatan suhu bumi. Saat air laut memanas, volumenya akan lebih besar, dan saat suhu bumi meningkat, lapisan es dan gletser di benua akan lebih banyak mencair dan air yang sebelumnya tersimpan di daratan akan terakumulasi di laut, sehingga meningkatkan volume air di laut.

Penelitian Nerem dkk yang diterbitkan di Prosiding National Academy of Sciences tahun 2018 menyebutkan bahwa sejak awal 1990-an, permukaan air laut rata-rata secara global telah meningkat ~10 cm, sedangkan laporan Panel antar pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) tahun 2021 menyebutkan, bahwa pada tahun 2100 permukaan air laut diperkirakan akan naik 41 hingga 101 cm.

Mengingat emisi saat ini, menurut laporan IPCC batas atas dari kisaran angka tersebut sangat memungkinkan.

Angka-angka ini adalah nilai rata-rata global, namun pada tingkat regional, variasi musiman dan iklim dapat menghasilkan permukaan laut yang sangat heterogen dalam ruang dan waktu.

Dalam skala regional Indonesia misalnya, menurut hasil penelitian yang dimuat di Jurnal ASEAN tentang Sains & Teknologi tahun 2020, perubahan angin musim dapat menyebabkan terjadi perbedaan gradien permukaan laut beberapa sentimeter antara ujung barat laut dan tenggara Laut Jawa.

Tergantung pada jenis dan intensitas angin musim, pada lokasi yang sama rata-rata muka air laut dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Baca juga: Ahli Tegaskan Kenaikan Permukaan Laut yang Lebih Ekstrem Akan Sering Terjadi Akhir Abad Ini

Ilustrasi skematis berbagai faktor penting dalam kenaikan permukaan laut.Ilustrasi skematis berbagai faktor penting dalam kenaikan permukaan lau Ilustrasi skematis berbagai faktor penting dalam kenaikan permukaan laut.

Untuk dapat secara efektif mengurangi risiko yang terkait dengan kenaikan permukaan laut, maka penting untuk mempertimbangkan perubahan ekstrem muka laut lokal, dan variabilitas permukaan laut selama rentang waktu puluhan tahun atau lebih panjang.

Kemajuan ilmu pengetahuan mampu menyediakan alat yang dapat membantu dalam penyediaan informasi ini, yaitu data satelit altimetri yang tersedia sampai tahun 1990-an, dan pada saat ini resolusi data sudah mampu untuk dapat mengukur variasi permukaan laut hingga beberapa mm.

Efek kenaikan permukaan laut bisa sangat dramatis, yaitu banjir pantai, erosi pantai, intrusi air laut dan dampak gelombang badai dan gelombang tinggi di wilayah pesisir juga menjadi meningkat.

Baca juga: Es di Permukaan Laut Arktik Berkurang Mendekati Rekor Terendah

Indonesia sangat sensitif terhadap kenaikan permukaan laut, karena sebagian besar penduduknya tinggal di dataran rendah, yaitu di kota-kota pesisir seperti di wilayah pantai utara-Jawa saja menampung lebih dari 40% penduduk Indonesia berdasarkan laporan KLHK tahun 2020.

Faktor penting yang memperparah dampak kenaikan permukaan laut adalah penurunan muka tanah.

Penurunan tanah adalah gerakan vertikal ke bawah tanah, yang dapat terjadi sebagai akibat dari proses geodinamika dan tektonik dengan laju penurunan di bawah 1 mm/tahun seperti yang diamati di Indonesia bagian barat, menurut hasil penelitian Sarr dkk tahun 2019 yang terbit di jurnal Geologi.

Tetapi, penurunan tanah dapat juga terjadi secara lokal dengan laju penurunan >10 cm/tahun, sebagai akibat dari aktivitas manusia.

Dalam kasus Jakarta, menurut penelitian Abidin dkk tahun 2011 yang terbit di jurnal Natural Hazard laju penurunan tanah mencapai 25 cm/tahun, yang kemungkinan besar terkait dengan pengambilan air tanah dalam skala besar di kota Jakarta, serta beban bangunan dan karakteristik tanah berlumpur di mana kota Jakarta dibangun.

Meskipun potensi tenggelamnya Jakarta yang cepat telah mendapat banyak perhatian, juga cepatnya laju penurunan tanah beberapa cm/tahun di kota-kota pesisir lainnya seperti Surabaya, Semarang, dan Pekalongan, hal ini menyebabkan peningkatan jumlah wilayah yang kemungkinan akan mengalami banjir pantai.

Bahkan, beberapa pulau di Indonesia juga dilaporkan telah hilang karena sepenuhnya tenggelam.

Meskipun permukaan laut tidak naik beberapa meter, dan aktivitas manusia juga tidak dapat menjelaskan penyebab hilangnya pulau tersebut, kenaikan permukaan laut mungkin telah berkontribusi dalam meningkatkan proses erosi oleh gelombang besar, yang secara efektif dapat mengikis bagian atas dari pulau-pulau tersebut yang makin lama permukaan pulau makin menghilang dan tenggelam.

Peran penting dalam perlindungan garis pantai Indonesia terhadap kenaikan permukaan laut dan dampak gelombang tinggi, secara alamiah dapat dilakukan oleh ekosistem pesisir.

Terumbu karang akan memecah gelombang pada jarak yang jauh dari garis pantai, dan dengan demikian dapat melindungi pantai dari dampak terburuk, ketika terjadi badai besar atau tsunami.

Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa jika pertumbuhan vertikal terumbu karang tidak dapat mengimbangi kenaikan muka air laut, maka kekuatan erosi gelombang serta tinggi gelombang akan meningkat secara drastis.

Hal ini membuktikan betapa pentingnya melestarikan terumbu karang.

Hutan mangrove, juga memiliki kerentanan yang sama terhadap tekanan manusia, merupakan lapisan kedua untuk perlindungan pantai dari gelombang besar akibat badai atau tsunami yang mencapai daratan pesisir.

Baca juga: Permukaan Laut Naik, Hutan Mangrove Berpotensi Hilang pada 2050

 

Selain itu, hutan bakau juga berpotensi menjadi penyimpanan karbon yang sangat efisien.

Hal-hal inilah yang merupakan factor penting mengapa pelestarian hutan bakau sangat perlu.

Selain memperkuat ekosistem pesisir untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi dari kenaikan permukaan laut, ada beberapa cara lain untuk mengatasi akibat kenaikan muka laut ini.

Strategi umum adalah membangun tanggul. Namun, pembangunan tanggul laut raksasa akan menelan biaya tinggi, dan akan berdampak juga terhadap terumbu karang di sekitar lokasi tanggul dan selanjutnya bisa berpengaruh pada industri perikanan dan lainnya.

Untuk itu, perlu studi kelayakan yang matang dan terintegrasi dari berbagai macam disiplin ilmu sebelum dilakukan pembangunan tanggul.

Untuk mengatasi, tingkat penurunan tanah dengan cepat, salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi pengambilan air tanah yang berlebihan di wilayah pesisir perkotaan.

Baca juga: Kenaikan Permukaan Laut di Atlantik pada Abad 18, Inikah Penyebabnya

Meminimalkan pengembangan dan pemanfaatan lahan juga merupakan tindakan yang efektif terhadap penurunan tanah, karena jenis tanah tersebut cenderung mengalami penurunan sangat cepat. disebabkan oleh pemadatan pasir dan tanah secara bertahap.

Secara keseluruhan, rentang skala yang rumit dan kenaikan permukaan laut membutuhkan solusi yang disesuaikan pada skala lokal, dengan strategi adaptasi yang melibatkan kombinasi struktur perlindungan pantai buatan, terhadap kenaikan muka laut dan juga penguatan ekosistem secara alami.

Mengingat kompleksitas ini, kolaborasi yang efisien antara politisi, ilmuwan sosial, dan ilmuwan alam akan menjadi kunci dalam melestarikan garis pantai di Indonesia sekaligus menopang kehidupan jutaan orang.

Gino de Gelder

Postdoctoral LIPI Fellowship program, Kelompok Penelitian Iklim dan Lingkungan Purba, Pusat Riset Geoteknologi- Badan Riset dan Inovasi Nasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com