KOMPAS.com - Newcastle disease merupakan penyakit pada ternak jenis unggas. Penyakit ini sangat ditakuti dan bisa mengganggu industri broiler.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Bogor pada tahun 1926 oleh Kraneveld. Newcastle disease disebabkan oleh avian paramyxovirus serotipe 1 (AMPV-1). AMPV-1 adalah virus dari famili Paramyxoviridae dan genus Pneumovirus.
Penyakit ini memiliki gejala mirip dengan pes ayam sehingga disebut juga dengan Pseudovogelpest. Penyakit ini punya banyak nama di berbagai dunia, seperti Rhaniket, Tonraor furrens, dan di Indonesia dikenal dengan istilah tetelo.
Walaupun pertama kali ditemukan di Bogor, publikasi penyakit ini lebih masif dilakukan di Inggris. Di Inggris, tepatnya di Kota Newcastle ditemukan banyak kasus ini setahun setelah ditemukan di Bogor. Penyakit ini sangat berbahaya. Pada tahun 2002, Newcastle disease menyebabkan sekitar empat juta unggas dimusnahkan di California, Amerika Serikat.
Penyakit tetelo sangat mudah menular. Cara penularannya adalah dengan terjadinya kontak langsung terhadap hewan atau bangkai yang terinfeksi. Selain itu, penularan juga bisa terjadi secara tidak langsung melalui perantara seperti pekerja kandang, pengangkutan, angin, dan makanan yang tercemar virus.
Baca juga: Kenapa Seluruh Tubuh Ayam Cemani Berwarna Hitam? Ini Penjelasannya
Gejala klinis penyakit tetelo bisa berbeda-beda berdasarkan keganasan jenis virus yang menginfeksi. Terdapat lima jenis Newcastle disease, berikut pembagian kategorinya beserta gejalanya:
Varian ini bersifat akut dan penyebab kematian paling tinggi. Kematian akibat varian ini mencapak 80 sampai 100 persen. Gejala yang terjadi pada varian ini adalah nafsu makan hilang, diare dan disertai darah, lesu, paralisis, dan gangguan pernapasan parah seperti sesak napas, serta bersin.
Varian ini adalah varian kedua yang tingkat kematiannya tinggi, yaitu 60 sampai 80 persen. Gejala utamanya adalah gangguan pernapasan dan saraf, namun terdapat gejala khas yaitu torticalis atau kepala miring.
Varian berikutnya adalah mesogenik. Gejala utamanya adalah gangguan respirasi, seperti batuk, bersin, dan sesak napas. Selain itu terdapat gejala turunnya produksi telur atau gangguan pertumbuhan. Tingkat kematian varian ini sangat rendah, yaitu hanya 10 persen.
Baca juga: Ayam Berkembang Biak dengan Ovipar, Ini Penjelasannya
Varian lentogenik hanya menunjukkan gangguan respirasi ringan tanpa gejala saraf. Varian ini tidak menyebabkan kematian.
Pada varian ini jarang terlihat gejala klinis yang khas. Pada beberapa kasus hanya muncul diare ringan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.