Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Sebut Vaksin Covid-19 Beda Merek Terbukti Tingkatkan Imunitas

Kompas.com - 08/12/2021, 10:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Penelitian terbaru menyebutkan, bahwa menggunakan vaksin Covid-19 dengan merek berbeda sebagai booster atau vaksin ketiga dapat meningkatkan imunitas seseorang.

Riset tersebut dilakukan terhadap 65 orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech.

Kemudian, para peneliti menggunakan vaksin Johnson & Johnson sebagai vaksin booster bagi orang-orang tersebut.

Menariknya, hasil dari penelitian yang dilaporkan pada Minggu, 5 Desember lalu ini menunjukkan respons imun yang kuat dan meningkatnya imunitas terhadap keparahan penyakit.

Baca juga: Apakah Vaksin Covid-19 yang Sekarang Efektif untuk Varian Omicron?

Studi ini pun telah dipublikasikan di jurnal MedRxiv

Para penulis studi menyebut, vaksin Johnson & Johnson sebagai vaksin booster menghasilkan respons antibodi yang lebih lambat, tetapi lebih berkelanjutan terhadap jenis varian virus asli, varian Delta, dan varian Beta.

“Kedua vaksin meningkatkan titer antibodi dengan sangat baik. Pada minggu keempat, tingkat antibodi penetralisir seimbang,” ujar pemimpin studi dari Beth Israel Deaconess Medical Center, Dr. Dan Barouch seperti dilansir dari CNN, Senin (6/12/2021).

Akan tetapi, peneliti mencatat bahwa setelah empat pekan, tingkat antibodi mulai turun pada orang dalam penelitian yang mendapat booster vaksin Pfizer.

Sementara, antibodi terus meningkat pada orang yang mendapat vaksin Johnson & Johnson.

Vaksin Johnson & Johnson juga disebutkan para ahli dapat meningkatkan jumlah sel kekebalan yang disebut sel T CD8.

Baca juga: Apa Efek Booster Vaksin pada Sistem Kekebalan?

Antibodi merupakan perlindungan utama dalam sistem kekebalan yang dapat menghentikan virus agar tidak menginfeksi sel. Dalam hal ini, sel T akan dan menghancurkan sel yang terinfeksi.

Perlu diketahui, pertahanan sel T tersebut tidak mencegah infeksi ringan, tetapi dapat menghentikannya berkembang menjadi penyakit yang lebih parah.

Barouch menegaskan, penelitian yang telah dilakukan ini tidak memasukkan varian Omicron untuk diuji.

Menurut dia, temuan ini pun mungkin dapat berperan dalam menangkal varian virus baru.

"Untuk varian seperti Omicron yang mungkin sebagian menghindari respons antibodi, respons sel T CD8 mungkin sangat relevan untuk perlindungan," ujar Barouch.

"Saat ini kami belum tahu pasti tentang Omicron, tapi saya yakin Anda tahu, ada banyak kekhawatiran atau spekulasi bahwa varian itu mungkin menyebabkan setidaknya beberapa tingkat untuk menghindari efektivitas vaksin dalam membentuk antibodi," tambahnya.

Sejauh ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa varian Omicron telah diidentifikasi di 40 negara serta tidak ada kematian yang dilaporkan. WHO juga menyebut jumlah penambahan kasus ini akan terus meningkat.

Baca juga: Menkes Sebut Vaksin Booster Diperkirakan Awal Tahun 2022, Siapa Saja yang Diprioritaskan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com