KOMPAS.com - Media sosial kembali dihebohkan dengan video viral seorang wanita berinisial S yang memamerkan payudara dan alat kelaminnya di Bandara YIA (Yogyakarta International Airport) di Kulon Progo.
Video asusila yang berlatar di Bandara YIA itu kemudian beredar luas di medsos pada akhir November 2021.
Kuat dugaan, video tersebut direkam pada bulan Oktober 2020 karena belum terlihat ada rambu-rambu dipasang di bangunan bandara.
Diberitakan Kompas.com, beberapa jam setelah identitasnya terungkap, wanita 23 tahun itu ditangkap di Bandung setelah turun dari kereta. Saat ini S tengah diperiksa kejiwaannya di Polda DIY.
Baca juga: Video Viral Siswi SMA Mencoba Bunuh Diri karena Video Asusila Tersebar, Apa Dampaknya bagi Korban?
"Agar kami mendapatkan penjelasan dari ahli apakah yang bersangkutan ini mengalami gangguan dalam perilaku sehari-harinya," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah DIY Kombes Yuliyanto, Senin (6/12/2021).
Di sisi lain, banyak orang menyebut perilaku pamer alat vital wanita tersebut sebagai ekshibisionisme. Namun, psikiater dr Adhitya S Ramadianto, SpKJ menjelaskan bahwa aksi S belum tentu dapat disebut ekshibisionis.
Sebab, motif di balik perilakunya sendiri masih belum diketahui.
"Karena rasanya penting (agar) kita enggak serta-merta menyatakan S itu ekshibisionis. Karena kita belum tahu motivasi di balik perilakunya tersebut," jelas Adhitya kepada Kompas.com, Senin (6/12/2021).
Dia menambahkan, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan jiwa, maka makin banyak pula fenomena perilaku yang dikaitkan dengan masalah kejiwaan seperti yang diberitakan dalam kasus di Bandara YIA ini.
"Namun, untuk menyebut perilaku tersebut sebagai ekshibisionisme akan memerlukan pemeriksaan yang mendalam, bukan hanya berdasarkan konten atau pemberitaan saja," tegasnya.
Dijelaskan Adhitya, ekshibisionisme merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya fantasi atau dorongan seksual seseorang untuk mengekspos area genitalianya pada orang lain tanpa persetujuan atau consent.
Lebih lanjut, dia berkata, dari pemberitaan yang ada belum diketahui apa motivasi wanita tersebut membuka busananya di tempat umum, maka aksi viral S belum tentu merupakan ekshibisionisme.
Gangguan ekshibisionisme dapat terjadi karena dipengaruhi beberapa hal, termasuk interaksi faktor-faktor biologis, psikologis, ataupun sosial (biopsikososial) seperti:
Baca juga: Viral Kamar Kos Penuh Sampah Disebut Netizen Hoarding Disorder, Apa Itu?
Bukan tidak mungkin, jika perilaku ekshibisionisme dapat ditangani atau disembuhkan.
Dokter Adhitya menyebutkan, terdapat beberapa psikoterapi maupun strategi medis yang dapat dilakukan untuk menangani perilaku ekshibisionisme.
"Kondisi tersebut memerlukan terapi yang komprehensif dengan melibatkan profesional kesehatan jiwa dan profesi-profesi terkait, dengan pendekatan pengobatan dan psikoterapi, serta modifikasi lingkungan," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.