Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Beda dengan Krakatau dan Tambora, Letusan Samalas di Abad ke-13 Tidak Picu Tsunami

Kompas.com - 05/12/2021, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


Oleh: Bachtiar Mutaqin

LETUSAN Gunung Samalas tahun 1257 di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan salah satu erupsi terbesar di dunia dalam 7.000 tahun terakhir.

Skala letusan Gunung Samalas hampir sama dengan letusan Gunung Tambora 1815 dan Gunung Krakatau 1883 yang pasca erupsinya memicu tsunami.

Meskipun letusan Gunung Samalas mengakibatkan gangguan iklim global di belahan Bumi bagian utara yang mengakibatkan tidak adanya musim panas dan material vulkanik yang menutupi seluruh Lombok dan mengubur ibu kota Kerajaan Lombok kuno Pamatan, tapi riset kami menunjukkan bahwa belum ada bukti kuat yang mendukung bahwa letusan Samalas memicu tsunami skala besar di pantai barat Sumbawa.

Riset tsunami masa lampau

Pasca letusan, setidaknya ada 4,5 km kubik material vulkanik penuh batu apung yang mengalir ke sisi timur pulau dan sebagian di antaranya memasuki Selat Alas yang memisahkan Lombok dan Sumbawa di NTB. Material Samalas yang memenuhi Selat Alas juga tercatat dalam sumber tertulis kuno, yaitu Babad Suwung.

Baca juga: Gunung Semeru Meletus, Ahli: Termasuk Erupsi Sekunder

Berdasarkan fakta tersebut, kami kemudian mengambil fosil karang dan kerang dari endapan yang berasal dari proses yang terjadi di laut pada dua lokasi di pantai barat Sumbawa, yaitu Pulau Belang dan Desa Kiantar di NTB (Gambar 1), untuk melakukan analisis penanggalan radiokarbon.

Analisis tersebut kami gunakan untuk mengetahui umur fosil karang dan kerang dengan memanfaatkan isotop radioaktif dari karbon.

Kami memilih lokasi ini karena tiga alasan lainnya:

Lokasi tersebut berhadapan langsung dengan jalur masuknya aliran material vulkanik Samalas yang ditunjukkan oleh tebing penuh batu apung setebal 15 meter di sisi timur Lombok.
Jarak antara pantai timur Lombok dan pantai barat Sumbawa yang cukup dekat, yaitu 14 km.

Aktivitas Samalas terbukti meninggalkan jejaknya di pantai barat Sumbawa dan bahkan meninggalkan tradisi oral yang melarang para penduduknya untuk tinggal di dekat pantai. Kami juga mengumpulkan sampel sedimen dan batuan untuk analisis laboratorium terkait identifikasi asal proses dan fenomena yang pernah terjadi di kedua lokasi tersebut.

T1-T6; modifikasi dari Mutaqin dkk., 2021 Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel karang, kerang, dan sedimen di pantai barat Sumbawa

Berdasarkan hasil penanggalan radiokarbon, sampel karang di Pulau Belang menunjukkan dua rentang tahun yang serupa, yaitu antara 1527-1672 dan 1540-1698.

Selanjutnya, penanggalan radiokarbon terhadap fosil karang dan kerang di Desa Kiantar menegaskan bahwa setidaknya ada 2 kejadian tsunami yang pernah terjadi, yaitu tsunami abad ke-4 dan ke-9.

Baca juga: Misteri Gunung Samalas, Letusannya Mengubah Dunia pada Abad Pertengahan

Hal ini berarti bahwa fenomena yang mengendapkan fosil karang dan kerang di pantai barat Sumbawa terjadi justru jauh sebelum dan sesudah erupsi Samalas 1257 (Gambar 2).

Modifikasi dari Mutaqin dkk., 2021 Gambar 2. Hasil penanggalan radiokarbon di Pulau Belang (PB) dan Desa Kiantar (DK)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com