Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Omicron Diduga Berevolusi pada Tikus, Ini Penjelasan Ilmuwan

Kompas.com - 04/12/2021, 09:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Sejak dilaporkan akhir November lalu, varian Omicron terus dipelajari, terutama kekhawatiran dunia menyangkut mutasi virus di dalamnya. Sebuah teori baru menduga bahwa varian Omicron mungkin telah berevolusi pada tikus.

Varian baru virus corona asal Afrika Selatan, varian Omicron diidentifikasi kemungkinan telah berevolusi pada spesies hewan dan bukan manusia.

Salah satu kemungkinan yang diungkapkan ilmuwan yakni berevolusi pada hewan pengerat, yakni tikus.

Menurut teori ini, seperti dilansir dari Live Science yang dikutip dari STAT, Jumat (3/12/2021), seekor hewan mungkin telah terinfeksi virus SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, sekitar pertengahan tahun 2020.

Ilmuwan berasumsi, setelah mengumpulkan banyak mutasi virus pada hewan, virus corona yang diubah kemudian membuat lompatan kembali dengan menulari manusia.

Rantai kejadian ini dapat digambarkan sebagai reverse zoonosis, di mana patogen berpindah dari manusia ke hewan, diikuti oleh zoonosis, yang mana kuman berpindah dari hewan ke manusia.

Baca juga: Virus Corona Varian Omicron Terdeteksi di Malaysia dan Singapura

Salah satu bukti kunci untuk mendukung teori varian Omicron berevolusi pada tikus, adalah bahwa varian B.1.1.529 Omicron telah menyimpang sangat jauh dari virus aslinya, SARS-CoV-2.

Hal itu disampaikan Kristian Andersen, seorang ahli imunologi di Scripps Research Institute.

Menurut Andersen, dibandingkan dengan teori lain tentang asal-usul varian Omicron, yang disebut berkembang pada orang dengan gangguan kekebalan atau pada populasi manusia dengan pengawasan virus yang buruk, teori evolusi varian Omicron pada tikus adalah yang paling mungkin.

"Mengingat bukti yang tersedia dari cabang (genetik varian Omicron) yang sangat dalam, yang berarti pemisahan awal varian virus corona lainnya, kemudian mutasi itu sendiri, karena beberapa (mutasi virus varian Omicron) di antaranya tidak biasa," jelas Andersen.

Seperti dilaporkan ilmuwan Afrika Selatan saat pertama kali varian baru Omicron muncul, varian virus corona tersebut membawa tujuh mutasi virus.

Mutasi virus varian Omicron yang tinggi ini, menurut Robert Garry, profesor mikrobiologi dan imunologi di Tulane Medical School, memungkinkannya menginfeksi hewan pengerat, seperti tikus.

Baca juga: Varian Omicron Terdeteksi dalam Limbah di Spanyol, Ini Penjelasannya

Ilustrasi tikus, serangan tikus merajalela di Queensland dan New South Wales, Australia. Ribuan tikus bermunculan diduga karena panen gandum.SHUTTERSHOCK/Carlos Aranguiz Ilustrasi tikus, serangan tikus merajalela di Queensland dan New South Wales, Australia. Ribuan tikus bermunculan diduga karena panen gandum.

Sementara, varian virus corona lain, seperti varian Alpha, hanya membawa beberapa mutasi virus dari tujuh mutasi virus pada varian Omicron.

Dilaporkan Science, bahwa selain varian gen beradaptasi pada hewan pengerat, seperti tikus, varian omicron juga membawa banyak mutasi virus yang tidak terlihat pada versi lain dari virus SARS-CoV-2.

Beberapa ilmuwan juga menganggap hal ini sebagai bukti potensial bahwa varian Omicron muncul pada inang hewan.

"Ini menarik, betapa sangat berbedanya (varian Omicron). Itu membuat saya bertanya-tanya apakah spesies lain di luar sana dapat terinfeksi secara kronis," Mike Worobey, ahli biologi evolusioner di University of Arizona, mengatakan kepada Science mengacu pada genom varian baru Omicron.

Kendati demikian, pada titik ini, Worobey menduga bahwa varian Omicron berevolusi pada manusia dengan gangguan kekebalan, bukan pada hewan seperti tikus.

Seperti dilaporkan Science, itu adalah salah satu teori terkemuka yang disarankan para ahli, yang mana dalam skenario ini, orang dengan gangguan kekebalan akan tertular Covid-19, tetapi mengembangkan infeksi kronis, di mana mereka tidak dapat menghilangkan virus dalam tubuhnya.

Baca juga: Varian Omicron Bisa Kalahkan Dominasi Varian Delta, Ini Kata Pakar Penyakit Afrika Selatan

Faktor penyebabnya, kemungkinan adalah karena virus tersebut terus berkembang biak, maka kemudian virus yang menginfeksi dalam tubuhnya terus mengambil banyak mutasi.

Bukti menunjukkan bahwa varian Alpha mungkin telah mendapat mutasi dengan cara ini, tetapi hal ini belum dikonfirmasi apakah terjadi juga pada varian Omicron.

Apabila varian Omicron tidak muncul atau berevolusi pada hewan atau manusia dengan gangguan kekebalan, maka kemungkinan varian B.1.1.529 ini pertama kali muncul pada populasi dengan pengawasan virus yang buruk.

Hal itu berarti, dalam kondisi pengawasan genom yang rendah, menyebabkan virus corona bermutasi dan berevolusi, tanpa disadari, selama lebih dari setahun.

"Saya berasumsi ini berkembang bukan di Afrika Selatan, di mana banyak pengurutan terjadi, tetapi di tempat lain di Afrika selatan selama gelombang musim dingin," Christian Drosten, seorang ahli virus di Charité University Hospital Berlin, kepada Science.

Jika teori ini benar, maka populasi yang terkena dampak seharusnya terisolasi, sehingga varian Omicron tidak menyebar jauh, kata ahli biologi evolusi Andrew Rambaut dari University of Edinburgh.

Baca juga: Varian Baru Omicron dari Afrika Selatan, Mengapa Mengkhawatirkan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com