Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Temukan Fosil T-Rex yang Didiagnosis Terkena Infeksi Tulang

Kompas.com - 02/12/2021, 10:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti mendiagnosis seekor Tyrannosaurus rex atau T-Rex yang mati sekitar 68 juta tahun yang lalu dengan infeksi tulang di rahangnya.

Ahli paleontologi bernama Craig Pfister menemukan fosil T-Rex tersebut pada tahun 2010. Dia menggali tulang dari Formasi Hell Creek, sebuah formasi geologis di Montana, Amerika Serikat.

Melalui penggalian itu, Pfister menemukan kerangka berisi 170 tulang berwarna hitam pekat, termasuk 50 tulang tengkorak. Temuan ini pun dinilai menjadi salah satu penemuan kerangka T-Rex terlengkap yang diketahui.

Baca juga: Jejak Dinosaurus di Texas Tampak Aneh, Peneliti Menduga Jejak Kaki Depan Sauropoda

Kemudian, dua kolektor membeli fosil ini dan menamainya Tristan Otto. Hingga saat ini kerangka fosil itu dipinjamkan ke Museum Sejarah Alam di Berlin, Jerman.

Ahli radiologi dari Rumah Sakit Universitas Charité di Berlin Dr Charlie Hamm dan timnya berkesempatan untuk memotret fosil terkenal ini dengan sinar-X.

Para peneliti mempresentasikan temuan penelitian ini pada 1 Desember 2021, saat pertemuan tahunan Radiological Society of North America.

Tim peneliti menggunakan teknik medis CT scan yang disebut dual-energy computed tomography (DECT).

Proses pemindaiannya yaitu alat CT akan mengedarkan sinar-X pada target dari sudut yang berbeda. Masing-masing hasil pemindaian dapat dikompilasi untuk menghasilkan gambar 3D virtual.

Sementara, menurut studi tahun 2010 di jurnal RadioGraphics sistem kerja DECT mirip dengan CT scan tetapi menggunakan sinar-X dari dua tingkat energi yang berbeda.

Sederhananya, dengan menerapkan DECT ke fosil dinosaurus Tristan Otto, para peneliti dapat mengumpulkan informasi rinci tentang komposisi kimia tulang dinosaurus ini.

"Sepengetahuan kami, ini adalah pertama kalinya kami benar-benar dapat menerapkan metode ini pada fosil," ujar Hamm dilansir dari Live Science, Rabu (1/12/2021).

Sebelumnya, Hamm dan tim peneliti lainnya menggunakan CT scan standar untuk memeriksa Sue, fosil seekor T rex yang disimpan di Field Museum of Natural History di Chicago.

Baca juga: Luka di Tengkorak Ungkap T-rex Saling Gigit Muka Saat Pendekatan ke Lawan Jenis

 

Sebuah studi tahun 2020 di jurnal Scientific Reports menyebut, bahwa pemindaian sebelumnya pada dinosaurus Sue mengungkapkan, spesies ini menderita infeksi tulang yang disebut osteomielitis kronis.

Namun hingga saat ini, Hamm berkata belum ada laporan pemindaian fosil menggunakan alat DECT.

Para peneliti menuliskan, dari pemindaian pada bagian rahang kiri bawah T-Rex Tristan Otto rahangnya memiliki panjang 79,5 cm dan memiliki ketebalan hingga 8,1 cm.

Proses pemindaiannya pun ekstra hati-hati, mereka menaruh fosil di dalam kotak pelindung kemudian memasukkan kotak itu ke dalam pemindai CT.

Baca juga: Bukan T-Rex, Ini Dinosaurus Predator Puncak di Rantai Makanan

Menurut Hamm, para peneliti sangat tertarik untuk memeriksa massa seperti tumor di permukaan tulang yang meluas ke akar salah satu gigi tyrannosaurus.

Selanjutnya, pemindaian menemukan bahwa massa kental ini mengandung konsentrasi fluor yang tinggi, dibandingkan dengan tulang di sekitarnya.

Kelebihan fluor pada dinosaurus Tristan Otto mengartikan bahwa bagian tulang ini secara signifikan kurang padat daripada jaringan di sekitarnya.

Kondisi tersebut disebabkan proses fosilisasi di mana air tanah yang mengandung fluor menembus tulang dinosaurus dan mengubah mineral tulang atau hidroksiapatit menjadi fluorapatit, yang lebih stabil secara kimiawi.

Akibatnya, di bagian tulang yang kurang padat yang mungkin disebabkan infeksi, lebih banyak fluor akan meresap ke dalam jaringan tulang. Dengan demikian, akan tetap awet dalam fosil yang tersisa.

Berdasarkan analisis ini, peneliti mendiagnosis Tristan Otto dengan tumefactive osteomyelitis, infeksi tulang yang dapat mendorong pertumbuhan tumor.

Untuk mendalami studi, kini mereka tengah memindai fosil tambahan di Museum Sejarah Alam di Berlin.

Menariknya, DECT memudahkan para ilmuwan untuk memeriksa komposisi kimia fosil tanpa merusaknya, dan juga dapat membantu peneliti menemukan fosil saat mereka masih terperangkap dalam sampel sedimen.

"Ini benar-benar pertama kalinya dari penelitian yang mungkin terjadi," kata Hamm.

Baca juga: Studi Ungkap Ada 2,5 Miliar T-Rex yang Pernah Menghuni Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com