Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Dunia Ciptakan Ladang Subur bagi Varian Baru seperti Omicron Berkembang

Kompas.com - 02/12/2021, 09:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, dunia telah menciptakan kondisi beracun untuk varian Covid-19 baru seperti Omicron untuk muncul dan menyebar dengan cepat.

WHO menjelaskan, cakupan vaksinasi yang rendah di semua negara, ditambah tes yang sangat rendah untuk melacak virus dan masyarakat yang abai protokol kesehatan, menjadikan dunia sebagai ladang subur bagi virus untuk berkembang biak.

Badan kesehatan PBB itu menekankan, langkah-langkah menghentikan varian Delta yang dominan secara global otomatis akan menghambat Omicron.

"Kita perlu menggunakan alat yang sudah kita miliki untuk mencegah penularan dan menyelamatkan nyawa dari Delta. Dan jika kita melakukannya, kita juga akan mencegah penularan dan menyelamatkan nyawa dari Omicron," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, Rabu (1/12/2021).

Baca juga: Varian Omicron Terdeteksi dalam Limbah di Spanyol, Ini Penjelasannya

WHO menambahkan, jika negara dan individu tidak melakukan apa yang perlu dilakukan untuk menghentikan transmisi Delta, penyebaran varian Omicron juga tidak akan berhenti.

"Secara global, cakupan vaksin dan test banyak negara sangat rendah. Kondisi ini mendorong pembiakan dan memperbanyak varian," kata WHO dikutip dari AFP, Rabu (1/12/2021).

"Itulah mengapa kami terus mendesak negara-negara untuk memastikan akses yang adil ke vaksin, tes, dan terapi di seluruh dunia."

Omicron di 23 negara

Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November, sedangkan kasus pertama yang dikonfirmasi laboratorium diidentifikasi dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November.

Pada Selasa (30/11/2021), Belanda melaporkan temuan Omicron dalam dua sampel yang diambil pada 19 dan 23 November. Seorang yang terpapar Omicron baru saja melakukan perjalanan ke Afrika selatan dan yang lainnya tidak memiliki riwayat perjalanan.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Covid-19 WHO mengatakan, tanggal berapa Omicron pertama kali dideteksi mungkin dapat berubah karena ada tumpukan urutan kasus yang terjadi pada November.

Tedros mengatakan, WHO menanggapi kemunculan Omicron sangat serius. Namun, di sisi lain, dia mengingatkan, mutasi virus seharusnya tidak mengejutkan kita karena ini adalah hal yang wajar.

"Selama kita menciptakan kondisi yang menguntungkan virus, virus akan terus bermutasi dan menyebar," ungkap Tedros.

Tedros mengatakan, Omicron ada di setidaknya 23 negara, dan jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah.

Van Kerkhove mengatakan, WHO belum mengetahui adanya kematian yang terkait dengan Omicron.

Studi transmisibilitas

WHO mengatakan perlu beberapa minggu untuk menyelesaikan studi Omicron untuk melihat apakah ada perubahan dalam penularan, tingkat keparahan atau implikasi untuk vaksin, tes, dan perawatan Covid.

"Kami berharap mendapatkan lebih banyak informasi tentang penularan dalam beberapa hari: tidak harus berminggu-minggu, tetapi dalam beberapa hari," kata Van Kerkhove.

"Semakin banyak virus ini beredar, semakin banyak infeksi yang akan terjadi. Semakin banyak infeksi, semakin banyak orang akan meninggal, dan ini adalah sesuatu yang dapat dicegah."

Beberapa negara telah memberlakukan larangan perjalanan pada penerbangan dari Afrika Selatan, yang menurut Van Kerkhove mempersulit pengiriman sampel dari negara tersebut, meskipun mereka bersedia membagikannya.

Baca juga: 5 Saran Epidemiolog untuk Pemerintah dalam Respons Omicron, Tingkatkan Surveillance Genomic

"Kita akan keluar dari pandemi ini, tetapi setiap hari keputusan perlu dibuat apakah kita semakin dekat dengan akhir pandemi ini atau kita benar-benar mengambil langkah untuk memperpanjangnya," kata Van Kerkhove.

Michael Ryan, direktur kedaruratan WHO, mengatakan bukan saatnya bagi pemerintah untuk menyerahkan tanggung jawab pengelolaan pandemi kepada warganya.

"Tentu saja kita menghadapi krisis sekarang: krisis itu ada di Eropa, dan itu didorong oleh varian Delta," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com