Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan di 3 Sungai Besar di Pulau Jawa Terkontaminasi Mikroplastik, Studi Jelaskan

Kompas.com - 29/11/2021, 18:06 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Ikan adalah salah satu sumber protein hewani yang diperlukan tubuh. Namun, penelitian yang dilakukan Kajian Ekologi dan Observasi Lahan Basah (Ecoton) menunjukkan ikan di tiga sungai besar di Pulau Jawa telah terkontaminasi atau tercemar mikroplastik.

Artinya, akibat terkontaminasi mikroplastik cemari sungai di Pulau Jawa tersebut menyebabkan ikan-ikan yang ada di Pulau Jawa ini tidak layak untuk dikonsumsi.

Menurut hasil penelitian para peneliti Ecoton, kondisi perairan, di mana merupakan habitat ikan dan makhluk air lainnya, telah tercemar oleh air.

Studi awal dilakukan Ecoton pada Januari-Maret 2021, melakukan ekspedisi di tiga sungai besar di Pulau Jawa, yakni Sungai Brantas, Sungai Bengawan Solo dan Sungai Citarum.

Kompas.com menghubungi peneliti Ecoton, Eka Chlara Budiarti, terkait penemuan pencemaran mikroplastik pada ikan di ketiga sungai terbesar di Pulau Jawa tersebut.

"Lalu dari ekspedisi di tiga sungai terbesar itu, kami identifikasi airnya sudah tercemar mikroplastik," kata Chlara saat dihubungi Senin (29/11/2021).

Baca juga: Ahli Ungkap Ikan Telan Mikroplastik Sejak 1950an

 

Dengan identifikasi awal tersebut, para peneliti meyakini, bahwa biota, seperti ikan yang berhabitat di ketiga sungai besar di Pulau Jawa itu pun sudah pasti terkontaminasi atau tercemar mikroplastik.

Berangkat dari kecurigaan awal tersebut, para peneliti Ecoton mengambil sampel air dan ikan-ikan yang ada di sungai-sungai itu, untuk selanjutnya diteliti dan dianalisis.

"Ternyata memang temuannya ada kandungan mikroplastik pada sampel ikan yang diambil. Dari temuan ini, kebanyakan jenis mikroplastik yang ditemukan adalah fragmen, fiber, filamen dan granula," ungkap Chlara.

Chlara menjelaskan bahwa mikroplastik jenis fragmen banyak ditemukan pada pecahan-pecahan atau remahan-remahan plastik keras, seperti dari kotak makan hingga botol air minum sekali pakai.

Sedangkan, jenis mikroplastik fiber, berasal dari limbah cuci baju. Sebab, seringkali limbah rumah tangga, misal bekas cuci baju turut membawa fiber yang terkandung dalam pakaian.

Sementara jenis mikroplastik filamen yang juga ditemukan pada tubuh ikan di ketiga sungai besar tersebut, banyak dihasilkan dari plastik-plastik kemasan yang lebih tipis, dari kantong kresek, bungkus plastik dan lain sebagainya.

Baca juga: Ancaman Makin Nyata, Garam dan Ikan Teri Juga Tercemar Mikroplastik

MikroplastikShutterstock Mikroplastik

Granula adalah jenis mikroplastik yang sering terdapat pada produk-produk perawatan tubuh. Penggunaan bahan scrub, yang banyak digunakan untuk membersihkan kulit, adalah bahan yang berasal dari mikroplastik.

Mikroplastik pada ikan di 3 sungai

Berdasarkan sampel-sampel ikan yang diambil dari sungai-sungai tersebut ditemukan bahwa seluruh sampel ikan positif mengandung mikroplastik.

Dalam rilis data temuan mikroplastik yang disiarkan Ecoton menyebutkan bahwa kelimpahan rata-rata kandungan mikroplastik pada ikan di tiga sungai terbesar di Pulau Jawa menunjukkan hasil berikut.

  1. Sungai Brantas: 42 partikel mikroplastik per ikan
  2. Sungai Bengawan Solo: 20 partikel mikroplastik per ikan
  3. Sungai Citarum: 68 partikel mikroplastik per ikan.

Studi yang dilakukan Ecoton terhadap pencemaran mikroplastik pada ikan, juga dilakukan di lautan lepas di wilayah DKI Jakarta, yakni di Kepulauan Seribu pada akhir Agustus 2021 lalu.

Baca juga: Bahaya Mikroplastik dalam Tiram, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

 

Dari 11 jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang diidentifikasi dan ditemukan, seluruhnya mengandung mikroplastik.

Pada satu ekor ikan yang diambil sampelnya dari hasil tangkapan nelayan, mengandung sedikitnya 167 partikel mikroplastik.

Jika dibandingkan dengan ikan-ikan yang terkontaminasi mikroplastik di sungai-sungai terbesar di Pulau Jawa tersebut, maka kontaminasi mikroplastik pada ikan di lautan jauh lebih tinggi.

"Hal ini disebabkan karena laut merupakan 'tempat sampah' terakhir dari pencemaran sungai. Di mana sungai adalah akses utama adanya sampah plastik di lautan lepas, kata Prigi Arisandi selaku Direktur Ecoton.

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pemaparan Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum yang menyebutkan bahwa sebanyak 80 persen sampah plastik yang ada di sungai akan bermuara ke lautan.

Baca juga: Mikroplastik dari Limbah Cucian Baju Mencemari Kutub Utara, Kok Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com