Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misi ke Asteroid Bennu Ungkap Mengapa Permukaan Asteroid Berbatu?

Kompas.com - 26/11/2021, 07:31 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Asteroid merupakan benda berbatu yang mengorbit matahari. Sebuah misi yang dikirim ke asteroid Bennu mengungkapkan mengapa permukaan benda langit yang mengorbit Matahari ini cenderung tampak berbatu.

Tak hanya mengelilingi matahari, asteroid juga ditemukan di jalur orbit planet lain termasuk Bumi. Asteroid adalah sisa-sisa batuan tanpa udara yang berasal dari proses terbentuknya Tata Surya.

Sebagian besar asteroid memiliki regolith yang terbentuk dari debu, pecahan batu, serta material lainnya.

Para peneliti awalnya menduga salah satu asteroid yang pada saat itu diteliti, yaitu Asteroid Bennu memiliki permukaan seperti pantai berpasir halus dan kerikil di sekitarnya.

Pengamatan teleskopik juga membuktikan adanya permukaan seperti petak besar berbutir halus atau regolith halus di sana, seperti dilansir Tech Explorist, Sabtu (23/10/2021).

Namun, ketika misi OSIRIS-REx yang dilakukan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tiba di asteroid Bennu pada tahun 2018.

Baca juga: Pada 2182, Ada Kemungkinan Asteroid Bennu Tabrak Bumi

 

Misi ini memperlihatkan permukaan asteroid Bennu yang berbatu, tertutup batu-batu besar, dan hanya ada sedikit regolith halus.

Kemudian para peneliti yang melakukan misi tersebut mengamati proses di mana batu-batu besar digiling menjadi regolith halus.

Penelitian inilah yang membuka jalan bagi mereka untuk menjawab penyebab mengapa asteroid tampak berbatu.

Salah satu penulis studi sekaligus peneliti utama OSIRIS-REx NASA, Dante Lauretta menjelaskan bahwa kata REx dalam misi OSIRIS-REx adalah singkatan dari Regolith Explorer.

Artinya, tujuan utama misi tersebut adalah memetakan dan mengarakterisasi permukaan asteroid.

“Pesawat ruang angkasa mengumpulkan data dengan resolusi sangat tinggi di seluruh permukaan (asteroid) Bennu, yang (resolusinya) turun hingga 3 milimeter per piksel di beberapa lokasi. Di luar alasan ilmiah, kurangnya regolith menjadi tantangan bagi misi itu sendiri karena pesawat ruang angkasa dirancang untuk mengumpulkan material tersebut,” ujar Lauretta.

Baca juga: Wahana NASA Mendarat di Asteroid Bennu, Selidiki Penciptaan Tata Surya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com