Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Efek Booster Vaksin pada Sistem Kekebalan?

Kompas.com - 23/11/2021, 17:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Banyak pertanyaan muncul terkait booster vaksin Covid-19, mulai dari siapa yang boleh mendapatkan booster vaksin hingga apa efeknya pada sistem kekebalan tubuh.

Jonathan Abraham, asisten profesor mikrobiologi di Blavatnik Institute di Harvard Medical School dan spesialis penyakit menular di Brigham and Women's Hospital, menjelaskan beberapa hal terkait booster vaksin.

Apa sebenarnya booster vaksin dan bagaimana cara kerjanya?

Abraham mengatakan, suntikan booster vaksin dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat respons kekebalan setelah secara alami berkurang.

Baca juga: Menkes Sebut Vaksin Booster Diperkirakan Awal Tahun 2022, Siapa Saja yang Diprioritaskan?

Booster vaksin menipu sistem kekebalan untuk berpikir bahwa ia kembali melihat patogen, sehingga sel-sel yang memproduksi antibodi, dan sel-sel kekebalan lainnya, dipanggil kembali,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menyebutkan, kuantitas dan kualitas antibodi yang dihasilkan juga akan meningkat.

Melalui proses yang disebut pematangan afinitas antibodi, sistem kekebalan kita belajar untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam mengenali patogen dan membuat antibodi yang mengikat lebih erat ke targetnya.

“Untuk virus SARS-CoV-2, misalnya, antibodi afinitas matang bisa lebih efektif dalam mengenali varian dengan banyak mutasi,” kata Abraham seperti dikutip dari Medical Xpress.

Selain Covid-19, dikatakan Abraham, beberapa vaksin lain juga memerlukan booster, seperti imunisasi Tdap: Tetanus, difteri, dan pertusis aselular. Biasanya booster vaksin dibutuhkan, dengan komponen Td atau Tdap, setiap 10 tahun untuk menjaga kekebalan.

Namun, sebagian vaksin lain tidak membutuhkan booster, karena pada beberapa pathogen telah memiliki respons imun yang sudah ada sebelumnya—misalnya, dalam bentuk tingkat antibodi yang terukur— yang mana ini sangat penting untuk kemanjuran.

Sehingga, ketika tingkat antibodi berkurang secara alami dari waktu ke waktu, maka diperlukan booster.

Untuk patogen lain, seperti virus hepatitis B, melengkapi rangkaian imunisasi tiga kali kemungkinan akan memberikan perlindungan seumur hidup, sehingga kadar antibodi yang terukur tidak diperiksa secara rutin.

Namun, jika risiko infeksi lebih tinggi, misalnya, bagi petugas kesehatan, pemeriksaan kadar antibodi setidaknya perlu dilakukan sekali dan jika antibodi ditemukan rendah, maka penting untuk mendapatkan booster vaksin.

Jadi, keputusan untuk mendapatkan booster atau tidak adalah multifaktor dan pada akhirnya itu didasarkan pada studi dan pengalaman.

Baca juga: Vaksin Booster Covid-19 Berbeda Merk, Bagaimana Efektivitasnya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com