Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/11/2021, 08:02 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada awal Zaman Antariksa di 1950-an, hanya ada segelintir satelit buatan manusia yang ditemukan di orbit Bumi rendah (LEO).

Namun lihat sekarang, jumlahnya melonjak. Ada ribuan satelit yang berkerumun di sekitar Bumi dan masih ada lainnya yang mengantre untuk bergabung dengan mereka.

Tapi berapa sebenarnya angka pasti satelit yang mengorbit di Bumi?

Mengutip Live Science, Senin (22/11/2021) setelah Uni Soviet meluncurkan Sputnik, satelit buatan manusia pertama di dunia pada tahun 1957, jumlah satelit yang diluncurkan ke luar angkasa terus bertambah.

Baca juga: Tak Terhindarkan, ISS Ditabrak Puing Sampah Luar Angkasa

Supriya Chakrabarti, profesor fisika di University of Massachusetts Lowell menulis bahwa setelah momen tersebut setidaknya antara 10 hingga 60 satelit diluncurkan setiap tahun hingga 2010.

Kemudian sejak itu, jumlah satelit yang diluncurkan terus meroket dengan lebih dari 1.300 satelit baru pada 2020 dan menjadi lebih dari 1.400 pada tahun 2021.

Secara total menurut United Nations' Outer Space Objects Index ada sekitar 7.500 satelit aktif di LEO pada September 2021.

Jumlah satelit di LEO, wilayah yang terbentang hingga 2.000 kilometer dari Bumi ini diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa dekade mendatang.

Itu karena perusahaan swasta juga tengah menyiapkan megakonstelasi mereka sendiri, masing-masing berisi ribuan satelit individu, yang akan digunakan untuk mengembangkan jaringan daring yang lebih cepat serta memberikan berbagai layanan lain seperti pemantauan perubahan iklim.

Peningkatan aktivitas tersebut terjadi sebagian besar menurut Aaron Boley, astronom di The University of British Columbia karena penurunan biaya.

"Kami tahu SpaceX, OneWeb, Amazon, dan StarNet/GW (jaringan satelit China) telah mengusulkan total satelit gabungan sebanyak 65.000 ketika memasukkan semua fase dari program satelit," ungkap Boley.

Pada Oktober 2021, Rwanda juga mengumumkan megakonstelasinya sendiri, bernama Cinnamon, yang dapat menampung lebih dari 320.000 satelit. Tidak jelas kapan proyek ini akan menjadi kenyataan, tetapi negara tersebut telah meminta izin untuk memulai proyek tersebut.

Tetapi semua satelit baru berdasarkan dalam studi Boley yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports pada Mei 2021 ini juga membawa sejumlah masalah lain.

"Satelit menyebabkan masalah manajemen lalu lintang ruang angkasa, memperbanyak puing-puing ruang angkasa, menggangggu astronomi dan pengamatan bintang, serta peluncuran roket dan menyebabkan polusi atmosfer. Kami masih mencoba memahami sejauh mana dampaknya," papar Boley.

Baca juga: ISS Buang 2,9 Ton Baterai, Jadi Sampah Antariksa Paling Masif

Berbagai cara pun di lakukan untuk mengatasi permasalah sampah luar angkasa yang berasal dari satelit itu. Melansir Kompas.com, salah satunya adalah dengan meluncurkan misi uji coba pembersihan puing-puing antariksa pada Maret tahun ini.

Misi yang disebut End-of-Life Services by Astroscale (ELSA-d) itu bertugas menangkap jutaan keping orbital yang mengambang di atas Bumi. ELSA-d bekerja dengan cara menempel ke satelit yang sudah mati lalu mendorong ke Bumi agar terbakar di atmosfer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com