Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Bulan Berwarna Merah Saat Gerhana Bulan Total?

Kompas.com - 19/11/2021, 18:32 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gerhana Bulan Sebagian yang terjadi hati ini disebut sebagai fenomena gerhana terlama di abad 21. Namun, setiap proses terjadinya gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna merah. 

Hal itu diungkapkan peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (17/11/2021).

Salah satu yang menarik dari proses terjadinya gerhana bulan adalah fase saat bulan tampak berwarna merah, terutama saat Gerhana Bulan Total.

Gerhana bulan adalah peristiwa di mana terhalangnya cahaya matahari oleh Bumi, sehingga tidak seluruh cahaya bisa sampai ke bulan.

Selama gerhana bulan total, Bumi terletak tepat di antara matahari dan bulan. Saat Bumi berada tepat di depan matahari, posisinya menghalangi sinar matahari untuk menerangi bulan.

Pada saat itulah kita bisa melihat cincin bercahaya di sekitar bulan. Cahaya ini nantinya akan dipantulkan ke bulan. Proses tersebut diakibatkan atmosfer yang ada di Bumi, sebaliknya jika tidak ada atmosfer bulan akan tampak gelap bahkan mungkin tidak terlihat. 

Baca juga: Setelah Gerhana Bulan Sebagian, Bulan Berkonjungsi dengan Pleiades Si Bintang Tsuraya

 

Selama gerhana bulan total, maka bulan akan tampak berwarna kemerahan. Lantas, mengapa bulan berwarna merah selama gerhana?

Hamburan Rayleigh

Dilansir dari Live Science, Selasa (16/11/2021) bulan tampak merah selama terjadinya gerhana diakibatkan hamburan Rayleigh, atau hamburan preferensial.

Proses tersebut adalah saat cahaya tertentu dari partikel yang sangat kecil dihamburkan. Ukuran partikel sekitar sepersepuluh dari panjang gelombang cahaya.

Saat siang hari, gelombang cahaya matahari yang terdiri berbagai warna disaring melalui atmosfer Bumi, di mana molekul gas nitrogen dan oksigen membiarkan panjang gelombang yang lebih panjang seperti warna merah, oranye dan kuning langsung menuju ke permukaan tanah.

Fenomena hamburan cahaya ini yang membuat bulan terlihat seperti berwarna merah.

Namun saat gerhana bulan total membuat buat tampak berwarna merah, panjang gelombang yang lebih pendek seperti warna violet dan biru diserap lalu tersebar ke segala arah. Proses ini pula yang membuat langit terlihat berwarna biru di siang hari.

Baca juga: Gerhana Bulan Total, Kenapa Berwarna Merah dan Disebut Super Blood Moon?

Gerhana bulan total atau yang dikenal dengan sebutan super blood moon, Rabu (26/5/2021) malamDokumen BMKG Gerhana bulan total atau yang dikenal dengan sebutan super blood moon, Rabu (26/5/2021) malam

Dilansir dari Earth Sky, Jumat (18/1/2019) ketika cahaya kemerahan memasuki atmosfer, cahaya tersebut dibelokkan (dibiaskan) ke permukaan bumi.

Kemudian dibelokkan lagi saat keluar dari Bumi. Pembelokan ganda ini mengirimkan cahaya kemerahan ke bulan selama Gerhana Bulan Total berlangsung.

Selain itu, matahari terbit dan terbenam yang berwarna kemerahan juga disebabkan karena hal yang sama.

"Bila matahari lebih tinggi di langit pada siang hari, cahaya merah langsung menembus ke tanah. Sementara cahaya biru tersebar yang lebih mungkin berada di garis pandang Anda," ujar astronom sekaligus direktur Planetarium Abrams di Michigan State University, Shannon Schmoll.

"Saat matahari terbenam, karena (posisi) matahari lebih rendah di langit, cahaya merah melewati garis pandang Anda, sementara cahaya biru menyebar menjauh darinya," lanjutnya.

Baca juga: Gerhana Bulan Sebagian Terlama, Ini Daftar Wilayah Indonesia yang Bisa Mengamatinya

 

Bulan akan berubah warna dalam tahapan yang berbeda saat Gerhana Bulan Total. Perubahan warna bisa dari abu-abu muda menjadi oranye atau kuning.

Menurut NASA, keadaan atmosfer juga dapat memengaruhi tingkat kecerahan warna. Misalnya, partikel ekstra di atmosfer, seperti abu dari kebakaran hutan besar atau letusan gunung berapi dapat menyebabkan bulan tampak lebih gelap.

Sementara itu, bulan tidak selalu sepenuhnya tertutupi bayangan Bumi.

Selama gerhana bulan sebagian, matahari, Bumi, dan bulan sedikit tidak sejajar. Sehingga bayangan Bumi hanya menutupi sebagian bulan.

Bagi Anda yang ingin melihat Gerhana Bulan Total selanjutnya, berdasarkan laporan NASA, akan ada dua gerhana bulan yang akan terjadi di tahun 2022, yaitu pada 16 Mei 2022 yang dapat dilihat di Amerika, Eropa, dan Afrika.

Serta pada 8 November 2022 mendatang yang akan terlihat di Asia, Australia, Pasifik, dan Amerika.

Baca juga: Gerhana Bulan Sebagian Terlama Abad Ini, Catat Waktu Puncaknya di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com