Budidaya lorong (alley cropping) adalah modifikasi penanaman dalam Strip.
Dalam budidaya lorong, tanaman utama ditanam dimantara barisan tanaman penguat atau tanaman pagar, dengan lebar tertentu.
Umumnya yang dijadikan tanaman penguat adalah leguminosa yang cepat tumbuh dan memiliki biomasa banyak.
Jenis leguminosa diambil karena tidak memberikan efek naungan yang terlalu besar bagi tanaman utama, sehingga tidak mengganggu penyerapan sinar matahari.
Sewaktu-waktu hijauan tanaman penguat dipotong kemudian dibenamkan ke tanah.
Baca juga: Mengenal Kelor si Tanaman Superfood, dari Manfaat hingga Budidaya
Dalam 4 hingga 5 kali pembenaman biasanya sudah cukup menyumbangkan bahan organik ke tanah.
Selain akan berdampak baik dan efektif mengendalikan erosi, budidaya lorong (alley cropping) juga dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman.
Perbaikan sifat fisik ini disebabkan karena adanya penambahan residu organik dari hasil pangkasan secara periodik ke tanah.
Selain perbaikan sifat fisik tanah, Alley cropping dapat meningkatkan unsur hara di dalam tanah.
Dengan demikian, perbaikan produktivitas tanah tersebut disebabkan oleh perbaikan sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan aktivitas biologi tanah.
Selain itu juga tentu saja akan sangat menunjang pertumbuhan tanaman, yang pada akhirnya meningkatkan produksi tanaman pangan/semusim yang ditanam pada lorongnya.
Hal tersebut dibuktikan oleh hasil penelitian tim BPPT yang menggunakan Varitas Jagung hibrida BISI - 2.
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan faktor tunggal. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali (Blok).
Jumlah sampel yang diambil adalah sepuluh per unit perlakuan. Melalui uji : (a) Sistem penerapan teknik budidaya konvensional tanpa menggunakan teknik budidaya (b) Budidaya Lorong Sistem penerapan dengan teknik Budidaya Lorong dengan menggunakan perlakuan pupuk hijauan (dipilih Flemingia Congesta)
Hasil Uji Analisa mengatakan bahwa, tanaman yang menggunakan Flemingia Congesta (Budidaya Lorong) memberikan hasil panen yang tertinggi.
Baik tentang tinggi tanamannya, berat pipilan maupun banyaknya jumlah tongkol jagung yang dihasilkan, disbanding hasil tanaman yang tidak menggunakan Flemingia Congesta.
Jeni Hariyanti
Badan riset dan Inovasi Nasional
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.