Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atmosfer Meningkat karena Perubahan Iklim, Ini Dampaknya untuk Pesawat

Kompas.com - 15/11/2021, 08:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Studi baru menunjukkan, atmosfer bumi meningkat karena perubahan iklim. Ahli berpendapat, hal ini akan memengaruhi dunia penerbangan.

Dilansir dari Live Science, Minggu (14/11/2021), pengukuran balon cuaca yang dilakukan di belahan bumi utara selama 40 tahun terakhir mengungkap bahwa lapisan terendah bumi (troposfer) mengembang ke atas dengan kecepatan kira-kira 50 meter per dekade karena perubahan iklim.

Kesimpulan itu dipaparkan dalam temuan terbaru yang terbit di jurnal Science Advances edisi 5 November 2021.

"Ini pertanda jelas dari perubahan struktur atmosfer," ungkap rekan penulis studi Bill Randel, seorang ilmuwan di Pusat Penelitian Atmosfer Nasional di Boulder, Colorado.

"Hasil ini memberi konfirmasi, di samping semua bukti yang sudah ada, bahwa gas rumah kaca mengubah atmosfer kita."

Baca juga: Studi Baru Ungkap Tanaman Pangan Bakal Terdampak Perubahan Iklim

Troposfer adalah lapisan atmosfer tempat kita hidup dan bernapas. Ini membentang dari permukaan laut hingga ketinggian mulai dari 7 kilometer di atas kutub hingga 20 km di atas daerah tropis.

Sebagai lapisan atmosfer yang paling banyak mengandung panas dan kelembaban, troposfer juga menjadi tempat terjadinya banyak cuaca atmosfer.

Udara di atmosfer mengembang saat panas dan menyusut saat dingin, sehingga batas atas troposfer yang disebut tropopause, secara alami menyusut dan mengembang seiring perubahan musim.

Tetapi dengan menganalisis data atmosfer seperti tekanan, suhu, dan kelembaban — yang diambil antara 20-80 derajat lintang utara — dan memasangkannya dengan data GPS, para peneliti menunjukkan bahwa dengan meningkatnya jumlah gas rumah kaca akan meningkatkan ketinggian tropopause.

Untuk diketahui, gas rumah kaca memerangkap lebih banyak panas di tropopause.

Dalam riset ini, ahli menemukan tingkat kenaikan tropopause meningkat signifikan. Pada 1980 hingga 2000, tropopause naik sekitar 50 meter per dekade. Namun pada 2001-2020, peningkatannya menjadi 53,3 meter per dekade.

Dengan mempertimbangkan peristiwa alam di wilayah studi mereka, seperti dua letusan gunung berapi pada 1980-an dan pemanasan Pasifik berkala El Nino pada akhir 1990-an, para peneliti memperkirakan bahwa aktivitas manusia menyumbang 80 persen dari total peningkatan ketinggian atmosfer.

Perubahan iklim bukan satu-satunya pendorong buatan manusia dari tropopause yang meningkat.

Stratosfer — lapisan di atas troposfer — juga menyusut, berkat pelepasan gas perusak ozon di masa lalu. Gas-gas ini menyusutkan stratosfer melalui penghancuran lapisan ozon stratosfer, meskipun pembatasan terhadap emisi mereka dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan konsentrasi atmosfer dari gas-gas ini menurun.

Baca juga: Perubahan Iklim, Harga Pangan Cetak Rekor Tertinggi 10 Tahun Terakhir

Para ilmuwan masih belum yakin bagaimana kenaikan tropopause akan mempengaruhi iklim atau cuaca.

Namun ahli meyakini, kenaikan tropopause ini memaksa pesawat terbang lebih tinggi di atmosfer untuk menghindari turbulensi.

"Studi ini menangkap dua cara penting bahwa manusia mengubah atmosfer," kata Randel.

"Ketinggian tropopause semakin dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca bahkan ketika masyarakat telah berhasil menstabilkan kondisi di stratosfer dengan membatasi bahan kimia perusak ozon."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com