Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/11/2021, 11:00 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber Space

KOMPAS.com - Studi baru dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkap, pada akhir dekade ini tanaman pangan bakal terdampak perubahan iklim.

Hal tersebut akan memengaruhi ketahanan pangan secara global.

Mengutip Space, Selasa (9/11/2021) salah satu tanaman yang bakal terdampak adalah jagung. Tanaman ini adalah salah satu tanaman paling penting di dunia.

Baca juga: PBB Minta Dunia Tingkatkan Upaya Adaptasi Perubahan Iklim

Tanaman yang paling banyak diproduksi di dunia tersebut tak hanya menjadi bahan pangan manusia tetapi juga hewan ternak.

Namun berdasarkan studi baru ini, pada awal tahun 2030, hasil panen jagung akan turun hampir seperempatnya jika pemanasan global berlanjut pada kecepatan seperti saat ini.

Kesimpulan ini didapat ilmuwan NASA setelah melakukan penelitian menggunakan pemodelan komputer untuk melihat kenaikan suhu di seluruh dunia, perubahan pola hujan dan meningkatnya konsentrasi gas kaca di atmosfer yang mungkin memengaruhi fotosintesis.

Selanjutnya peneliti melakukan simulasi untuk melihat perubahan tanaman dari tahun ke tahun dan dekade di setiap lokasi dunia.

Karena model mensimulasikan respon tanaman selama periode waktu yang lama, para ilmuwan pun dapat dengan jelas membedakan efek dari perubahan iklim dari variabilitas normal yang disebabkan oleh cuaca.

Model komputer kemudian menunjukkan bahwa banyak daerah tropis yang saat ini mengandalkan produksi jagung menjadi terlalu panas untuk tempat tanaman berkembang.

"Kami tak berharap untuk melihat pergeseran mendasar seperti itu namun penurunan 20 persen dari tingkat produksi saat ini memiliki implikasi berat di seluruh dunia," ungkap Jonas Jagermeyr, ilmuwan NASA di Goddard Institute for Space Studies (GISS) sekaligus penulis utama studi ini.

Saat ini Amerika Serikat, China, dan Brasil adalah produsen jagung terbesar di dunia. Tetapi tanaman itu juga ditanam di banyak bagian Asia Tengah, Afrika Barat dan Amerika Tengah.

Dan semua daerah tersebut mungkin akan merasakan penurunan hasil panen dalam satu dekade mendatang.

"Bahkan di bawah skenario perubahan iklim yang optimimis, di mana masyarakat melakukan upaya ambisius untuk membatasi kenaikan suhu global, pertanian tetap menghadapi realitas iklim baru yang akan dirasakan di seluruh dunia," jelas Jagermeyr.

Baca juga: Perubahan Iklim, Harga Pangan Cetak Rekor Tertinggi 10 Tahun Terakhir

Namun tak semua studi ini menunjukkan hasil negatif. Studi menemukan bahwa gandum, tanaman terpenting kedua yang ditanam untuk konsumsi manusia setelah beras, mungkin berkembang lebih baik di wilayah yang lebih hangat.

Hal tersebut menyebabkan panen melonjak 17 persen pada tahun 2030.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Food, Senin (1/11/2021).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Space
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Kita
Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Oh Begitu
Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Menghisap Belalai

Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Menghisap Belalai

Oh Begitu
Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Oh Begitu
Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Fenomena
Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Oh Begitu
Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Fenomena
Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Fenomena
Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Kita
Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Oh Begitu
Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Fenomena
Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Fenomena
Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Oh Begitu
Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com