Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Burung Bertahan Hidup dari Hantaman Asteroid Pembunuh Dinosaurus?

Kompas.com - 08/11/2021, 10:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat asteroid menghantam Bumi sekitar 66 juta tahun yang lalu, peristiwa tersebut menyebabkan banyak peristiwa mengerikan.

Sebut saja kebakaran hutan, hujan asam, tsunami, letusan gunung berapi, dan yang paling ekstrem adalah menewaskan sekitar 80 persen spesies hewan, salah satunya dinosaurus.

Namun secara misterius, beberapa garis keturunan burung justru bisa bertahan hidup. Mengapa itu bisa terjadi? Penelitian baru mengungkap hal tersebut.

Dalam studi terbaru ini peneliti menganalisis tengkorak burung purba yang terpelihara dengan baik.

Baca juga: Mengenal Burung Berkaki Panjang yang Merawat Rumput Lapangan JIS

Mengutip Live Science, Minggu (7/11/2021) tulang burung sendiri sangat halus dan jarang memfosil dengan baik. Itu artinya para ilmuwan hampir tak pernah melihat dengan baik tempurung otak burung purba.

Tetapi beberapa tahun yang lalu, peneliti menemukan fosil 3D Ichthyornis, seekor burung purba yang hidup selama periode Cretaceous, yang terawetkan dengan baik.

Fosil ditemukan dalam formasi batuan yang berasal dari 87 juta hingga 82 juta tahun yang lalu di Kansas.

"Fosil tersebut memiliki tengkorak yang hampir lengkap yang sangat langka baik untuk spesies Ichthyornis maupun fosil burung pada umumnya," ungkap Chris Torres, ketua peneliti studi ini.

Ia mengungkapkan jika fosil mengawetkan sebagian besar tulang yang membentuk tengkorak, sehingga memberi pandangan lengkap pertama pada banyak tulang tersebut.

Torres bersama rekan-rekannya pun menggunakan pemindaian CT sinar-X untuk merekonstruksi kerangka muka dan struktur otak Ichthyornis secara detail.

Analisis bentuk otak mengungkapkan bahwa burung purba seperti Ichthyornis memiliki otak depan yang sangat besar.

Meski begitu, peneliti belum mengetahui secara jelas bagaimana otak depan yang lebih besar dapat membantu burung bertahan hidup. Tetapi kemungkinan hal tersebut ada hubungannya dengan plastisitas perilaku.

Baca juga: 4 Fakta Burung-burung Raptor yang Bermigrasi ke Hutan Indonesia

Peneliti pun berhipotesis jika otak depan yang besar ini memberi nenek moyang burung modern tersebut keuntungan evolusioner yang membantu mereka bertahan dari bencana perubahan iklim global dan dapat mengubah perilaku mereka sendiri dengan cukup cepat untuk mengikuti lingkungan yang berubah.

Teori ini pun membantu menjelaskan, mengapa hanya burung yang tersisa sementara dinosaurus lainnya tak berhasil bertahan hidup.

Studi ini dipublikasikan secara daring 30 Juli di jurnal Science Advances dan dipresentasikan secara daring pada 2 November di konferensi tahunan Society of Vertebrate Paleontology.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com