Menilik lebih dalam tentang penyiksaan hewan di Indonesia dalam gambaran piramida es, ada masalah yang jauh lebih besar.
Semua itu ditopang oleh paradigma antroposentrisme, pendidikan dan cara hidup manusia.
Lantas, mengapa penyiksaan hewan sering dilakukan manusia?
Lebih lanjut Widyanta mengatakan bahwa manusia adalah penganut hukum rimba.
Sejak kecil, telah ditanamkan pendidikan tentang rantai makanan, yang mana manusia merupakan bagian dari rantai makanan tersebut.
Baca juga: Mengapa Perlu Dilakukan Pelestarian terhadap Hewan yang Langka?
Secara antroposentris, cara pandang kita sejak kecil telah ditanamkan bahwa manusia adalah predator.
"Ketika kita melihat secara antroposentris seperti itu, dan dianggap sebagai hukum alam, sebetulnya kita sedang menghancurkan diri sendiri, karena kita membunuh hewan, tumbuhan yang merupakan naungan hidup kita," kata Dosen Departemen Sosiologi FISIPOL UGM ini.
Hak asasi hewan atau animal right hanya sebuah pintu masuk untuk bicara tentang ekosida, yang mana ekosida itu sesungguhnya yang akan membuat manusia punah.
Menurut Widyanta, pembentukan pendidikan sejak dini dengan pengenalan pentingnya bumi dan ekologi yang ada bagi seluruh makhluk, merupakan upaya yang bisa dilakukan supaya hal-hal seperti penyiksaan hewan tidak tertanam dalam diri kita sebagai manusia.
Baca juga: 5 Hewan Purba yang Masih Hidup
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.