Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Tegaskan Fenomena La Nina Bukan Badai Tropis, Lalu Apa Itu?

Kompas.com - 21/10/2021, 18:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menegaskan, bahwa fenomena La Nina yang akan terjadi bukanlah badai tropis.

Masyarakat memang diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko dampak termonitornya fenomena La Nina, tetapi Dwikorita berkata, masyarakat juga jangan salah persepsi mengira La Nina sebagai badai tropis ataupun badai topan besar yang akan datang.

"Kami mengimbau agar masyarakat mewaspadai potensi curah hujan lebih tinggi akibat kondisi La Nina. Tapi, La Nina ini bukan badai tropis ya," kata Dwikorita dalam Konferensi Pers, Senin (18/10/2021).

Baca juga: BMKG Monitor Adanya Fenomena La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.

Dwikorita menjelaskan, fenomena La Nina terjadi ketika Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal.

Pendinginan ini berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah. Selain itu, angin pasat (trade winds) berembus lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudera Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia. Hal ini menyebabkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat.

Karena massa air hangat berpindah tempat, maka air yang lebih dingin di bawah laut Pasifik akan naik ke permukaan untuk mengganti massa air hangat yang berpindah tadi. Hal ini disebut upwelling dan membuat SML turun.

Kondisi ini akan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, serta membuat musim hujan terjadi lebih lama.

Sehingga, La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.

"Dengan kata lain, Indonesia saat ini lebih hangat, di sana lebih dingin, sehingga terjadi anomali atau perbedaan. Secara teori apabila perbedaan itu mencapai minus 0,5 maka itu dinyatakan sebagai ambang batas terbentuknya La Nina," jelasnya.

Lebih lanjut, hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran massa udara basah, tetapi bukan sirkulasi yang kencang seperti terjadinya badai tropis.

Baca juga: Waspada, BMKG Keluarkan Peringatan Dini La Nina

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com