Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Peranan Pangan Probiotik sebagai Immunomodulator untuk Mencegah Infeksi Covid-19

Kompas.com - 21/10/2021, 13:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dr. R. Haryo Bimo Setiarto, S.Si, M.Si

Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang memiliki kompartemen pelengkap seperti mahkota di permukaannya.

Human coronavirus (CoV) diidentifikasi pada pertengahan 1960-an, dan saat ini tujuh jenis CoV berikut telah diidentifikasi memiliki kemampuan untuk menyebabkan beberapa gejala ringan, sedang, dan berat, yaitu 229E (alpha), NL63 (alpha), OC43 (beta, HKU1 (beta), MERS-CoV (Middle East respiratory syndrome, atau MERS), SARS-CoV (severe acute respiratory syndrome, atau SARS), dan SARS-CoV-2 (Covid-19) yang dapat diterapkan untuk penyakit coronavirus 2019 (Covid-19) termasuk ventilasi buatan dan agen antivirus.

Penularan dari manusia ke manusia terutama terjadi melalui droplet saluran pernapasan.

Baca juga: Ini Perbedaan Probiotik dan Prebiotik

Selama masuk ke dalam sel, SARS-CoV-2 menggunakan glikoprotein spike (S) untuk berikatan dengan reseptor angiotensin converting enzyme 2 yang ada pada sel epitel inang manusia.

Sel epitel alveolus tipe 2 terdapat pada saluran cerna manusia, paru-paru, jantung, dan ginjal.

Dengan demikian, sel epitel alveolus tipe 2 bertindak sebagai reservoir untuk proliferasi dan replikasi virus.

Paru-paru manusia memiliki area permukaan yang luas, yang ditutupi dengan sel epitel alveolus tipe 2.

Hal ini dapat menjadi alasan kerentanan paru-paru yang lebih tinggi terhadap infeksi Covid-19, dibandingkan dengan organ tubuh lainnya.

Penetrasi virus corona ke dalam jaringan paru-paru bertanggung jawab untuk memunculkan respons inflamasi lokal dan manifestasi penyakit.

Perkembangan penyakit menyebabkan ketidakseimbangan dalam homeostasis redoks dan peningkatan radikal bebas secara tiba-tiba, yang menyebabkan kerusakan sel.

Serum pasien Covid-19 mengalami peningkatan sitokin proinflamasi TNF , IFN , IL-2, IL-6, IL-7, dan granulocyte colony-stimulating factor (GCSF).

Badai sitokin adalah respons inflamasi ofensif akibat infeksi Covid-19 pada beberapa pasien, yang disebabkan karena produksi sitokin proinflamasi dalam jumlah besar.

Badai sitokin ini dapat merusak paru-paru, saluran pencernaan, otak, sistem kardiovaskular, hati, ginjal, mikrosirkulasi, dan mata.

Baca juga: 5 Makanan yang Mengandung Probiotik, Tidak Hanya Yoghurt

Probiotik adalah mikroorganisme hidup, yang bila diberikan dalam jumlah yang tepat dan memadai dapat memberikan manfaat kesehatan bagi saluran pencernaan manusia.

Probiotik memiliki kemampuan untuk mengatur sel imun fungsional dan mukosa serta sel epitel di saluran usus manusia.

Probiotik mengerahkan peran fungsional dalam mencapai dan melestarikan keseimbangan yang tepat antara mekanisme perlindungan yang diperlukan dan yang tidak perlu, termasuk semua respon imun (bawaan dan adaptif).

Jenis probiotik yang paling umum termasuk dalam genus Bifidobacterium, Lactobacillus, dan Saccharomyces.

Selain itu juga tujuh jenis probiotik yang paling umum, termasuk B. animalis subsp. animalis, B. animalis subsp. lactis, B. longum, L. acidophilus, L. reuteri, L. casei, dan S. boulardii. Strain bakteri probiotik L. reuteri ATCC 55730, L. paracasei, L. casei 431, L. fermentum PCC, dan B. infantis 35624 sangat penting dalam menghasilkan respons imunomodulator terhadap berbagai penyakit infeksi.

L. paracasei dan L. plantarum memiliki potensi kapasitas untuk mengurangi respons inflamasi imun.

L. reuteri dapat membentuk biofilm dan menghasilkan beberapa faktor biologis yang memiliki karakteristik antiinflamasi.

Pengaturan respons imun oleh probiotik selalu dilakukan melalui beberapa interaksi biologis sebagai berikut:

a. Interaksi langsung dengan sel epitel di saluran usus

b. Interaksi dengan sel dendritik

c. Interaksi dengan sel epitel terkait folikel

d. Interaksi dengan makrofag

e. Interaksi dengan limfosit T dan B

f. Interaksi dengan ekspresi gen

g. Interaksi dengan jalur pensinyalan

Selain upaya universal yang dilakukan untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin, agen biologis yang diperlukan untuk mengobati infeksi virus menggunakan imunomodulasi telah mendapat perhatian utama untuk diteliti.

Baca juga: Probiotik Dapat Membantu Turunkan Berat Badan dan Kurangi Lemak Perut

Ilustrasi virus corona(Shutterstock)KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Ilustrasi virus corona(Shutterstock)

Imunomodulasi mengacu pada perubahan respons imun atau sistem kekebalan fungsional oleh aksi zat yang memengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh yang disebut sebagai imunomodulator.

Imunomodulasi meliputi proses alami dan terapeutik yang ditujukan untuk memodifikasi respons imun.

Imunomodulator dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu imunostimulan dan imunosupresan yang masing-masing berfungsi untuk merangsang dan menekan sistem imun manusia.

Baca juga: Studi Baru Ungkap Kemampuan Probiotik Cegah Infeksi Saluran Pernapasan

Telah dilaporkan bahwa dalam saluran pencernaan manusia, peptidoglikan (dilepaskan dari dinding sel bakteri Gram-positif dan Gram-negatif) dan lipopolisakarida (dilepaskan dari dinding sel hanya bakteri Gram-negatif) dari flora bakteri usus dapat memainkan peran fungsional yang signifikan dalam meningkatkan, konservasi, dan fungsi biologis dari sistem imunitas tubuh.

Keanekaragaman pangan adalah landasan bagi setiap makhluk untuk melawan pandemi Covid-19.

Mengingat kompleksitas ekosistem mikrobiota usus, satu item makanan mungkin tidak secara dramatis mengubah lanskap keseluruhannya.

Diet memiliki dampak utama pada mikrobiota usus dan dapat memengaruhi kekayaan dan keragaman mikroba probiotik di usus.

Asupan tinggi protein hewani, kandungan asam lemak jenuh, gula, dan garam telah dilaporkan menstimulasi pertumbuhan bakteri patogen yang menyebabkan perubahan barrier usus.

Sementara itu, konsumsi polisakarida kompleks dan protein nabati dikaitkan dengan peningkatan bakteri probiotik menguntungkan yang merangsang produksi SCFA.

Omega-3, polifenol, dan mikronutrien dapat memberikan manfaat kesehatan melalui modulasi mikrobiota usus.

Selain itu, asam amino rantai cabang dapat meningkatkan kadar imunoglobulin usus sehingga meningkatkan barrier usus.

Protein berkualitas tinggi adalah komponen penting dari diet anti-inflamasi.

Baca juga: Kesempatan Terakhir Cari Asal-usul Covid-19, WHO Bentuk Gugus Tugas Baru

Pola makan modern di negara maju telah bergeser dari pola makan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, polisakarida dan serat yang kaya fitokimia, daging tanpa lemak ke makanan yang rendah serat dan tinggi makanan olahan dengan paparan bahan tambahan makanan, gula rafinasi, dan lemak terhidrogenasi.

Salah satu kunci pendekatan selama pandemi Covid-19 adalah memperkuat barrier usus terhadap bakteri patogen, meningkatkan motilitas usus, dan menurunkan keadaan pro-inflamasi dengan mengadopsi pola makan yang lebih beragam, dengan peningkatan moderat pada makanan berserat tinggi dan nabati

Banyak infeksi virus dikaitkan dengan dysbiosis mikrobiota usus yang mengarah ke infeksi saluran pencernaan yang parah.

Dengan demikian, peran terapi berbasis probiotik menjadi sangat penting dalam pengelolaan infeksi virus.

Probiotik dapat memodulasi respons imun inang dan menangkal badai sitokin yang dihasilkan selama infeksi Covid-19.

Jika terjadi kegagalan produksi vaksin, diyakini pendekatan terbaik untuk melawan infeksi Covid-19 adalah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan menggunakan probiotik, yang berpotensi meminimalkan peradangan akibat infeksi Covid-19.

Manfaat kekebalan probiotik pada infeksi Covid-19 dapat diperoleh dengan mengembangkan kekebalan mukosa melalui stimulasi sekresi IgA, peningkatan fungsi biologis fagositosis dan makrofag, dan penyesuaian sel pengatur.

Konsumsi probiotik meningkatkan perlindungan imunologis pada manusia melalui keseimbangan respons imun (Th1/Th2) dan memiliki peran potensial dalam mencegah atau mengurangi berbagai patologi penyakit.

 

Dr. R. Haryo Bimo Setiarto, S.Si, M.Si

Peneliti Pusat Penelitian Biologi Badan riset dan Inovasi Nasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com