Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Garam Lokal Bisa Jadi Solusi dalam Pengembangan Roket Nasional

Kompas.com - 19/10/2021, 17:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Anita Pinalia, Bayu Prianto dan Henny Setyaningsih

INDONESIA adalah negara kedua di Asia yang berhasil membuat roket sendiri setelah Jepang. Penguasaan teknologi roket sudah dimulai lebih dari 50 tahun lalu.

Upaya penguasaan teknologi roket terus dilakukan hingga saat ini. Salah satu masalah yang krusial dalam pengembangan roket nasional adalah sulitnya memperoleh bahan baku untuk bahan bakar roket (propelan).

Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa garam lokal bisa menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Garam lokal dapat diproses menjadi salah satu bahan baku propelan, amonium perklorat (AP), yang kandungannya mencapai 70-80% dari berat total propelan. Kita dapat memproduksi AP dengan kualitas yang tidak kalah dengan produk impor.

Potensi Indonesia sangat besar untuk dapat membuat bahan baku propelan sendiri dari garam. Indonesia memiliki luas wilayah hampir 5,5 juta km2 dan lebih dari 3,5 juta km2 atau 2/3 wilayahnya adalah lautan, sehingga sangat berpotensi sebagai penghasil garam.

Baca juga: LAPAN Baru Saja Luncurkan Roket RX450-5, Apa Tujuannya?

Selain itu penggunaan garam teknis sebagai bahan baku dalam bahan bakar roket, juga diharapkan dapat memberdayakan para petani garam di Indonesia.

Desain Propelan yang Berubah

Pada 1963, Indonesia pertama kali berhasil meluncurkan roket pertamanya yaitu GAMA-1 yang diusung oleh mahasiswa Universitas Gajah Mada. Pada tahun berikutnya mahasiswa Institut Teknologi Bandung pun berhasil meluncurkan roket yang diberi nama Ganesha X-1A dan Ganesha X-1B.

Setelah itu, roket GAMA-2 dan GAMA-3 pun diluncurkan pada tahun yang sama. Roket-roket tersebut diluncurkan sebagai roket-roket eksperimen.

Salah satu kendala besar yang dihadapi saat ini dalam pengembangan roket adalah ketergantungan pada bahan baku impor. Sedangkan bahan baku impor yang diperoleh memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan diperlukannya beberapa kali perubahan desain propelan pada satu tipe roket yang sama.

Misalnya, pada roket RX-450, salah satu tipe roket sipil (roket sonda) yang akan dikembangkan sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). Roket RX-450 Dua Tingkat merupakan salah satu Prioritas Riset Nasional (PRN) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Riset No. 38 Tahun 2019. Roket RX-450 ini telah mengalami beberapa kali perubahan desain komposisi propelan karena inkonsistensi spesifikasi bahan baku yang diimpor dari Cina.

Ketika stok bahan baku habis, bahan baku yang diimpor memiliki kualitas dan karakteristik yang berbeda. Hal ini menyebabkan sulitnya membuat komposisi propelan yang standar untuk setiap tipe roket yang dibuat, yang berakibat pada perubahan desain roket.

Baca juga: Usai Roket RX450-5, LAPAN Targetkan Misi Penelitian Atmosfer pada 2025

Pada saat menggunakan bahan baku dengan spesifikasi yang berbeda, maka karakteristik dan kinerja propelan yang dihasilkan pun akan berbeda. Misalnya, perbedaan distribusi ukuran partikel pada amonium perklorat akan sangat berdampak pada laju pembakaran roket.

Hal ini berdampak pada lambatnya penguasaan teknologi roket. Karena itu Indonesia harus meneliti desain propelan yang berulang pada setiap bahan baku yang diperoleh. Masalah ini juga berdampak pada anggaran riset yang semakin banyak digunakan untuk satu jenis penelitian dan pengembangan tipe roket yang sama.

Selain itu, berlakunya Missile Technology Control Regime (MTCR) dalam lingkup internasional yang membatasi ekspor produk-produk yang berkaitan dengan teknologi misil membuat semakin sulitnya mendapatkan bahan baku propelan impor.

MTCR adalah rezim multilateral yang memuat kebijakan tentang pembatasan atau pengendalian teknologi misil. Peraturan rezim ini bertujuan mengurangi risiko penyebaran nuklir dan mengawasi alih teknologi pengembangan sistem pengangkut (roket). Permasalahan ini dapat diatasi dengan membuat bahan baku propelan sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com