Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sukun, Superfood yang Bisa Jadi Solusi Ketahanan Pangan

Kompas.com - 17/10/2021, 11:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Britannica

 

Bunga jantan dan betina ditanggung dalam kelompok terpisah di pohon yang sama. Bunga jantan muncul dalam catkin berbentuk gada yang padat, sementara bunga betina atau disebut putik membentuk kepala berduri besar pada wadah spons.

Bunga putik yang berbentuk bulat inilah yang akhirnya nanti menjadi buah sukun, dengan diameternya kira-kira 10-20 sentimeter.

Jika buah sukun sudah sebesar itu, sukun yang berwarna hijau hingga kecokelatan siap dipetik.

Daging buahnya berwarna putih dan agak berserat.

Sejarah dan kultivasi sukun

Sukun telah dibudidayakan di Kepulauan Melayu (di mana spesies ini dianggap asli) sejak zaman kuno.

Dari Melayu, sukun kemudian menyebar ke seluruh wilayah tropis Pasifik Selatan pada zaman prasejarah.

Pengenalannya ke Dunia Baru sangat terkait dengan perjalanan Kapten William Bligh di HMS Bounty, sebuah perjalanan yang direkomendasikan oleh Kapten James Cook.

James Cook meyakini, sukun yang dilihatnya di Kepulauan Pasifik akan sangat berguna sebagai bahan makanan untuk budak di Hindia Barat.

Setelah kegagalan pelayaran pertama Bligh, yang kedua menghasilkan keberhasilan pembentukan pohon di Jamaika, di mana ia gagal memenuhi harapan karena para budak lebih menyukai pisang raja.

Baca juga: Studi Membuktikan, Sukun Berpotensi Jadi Superfood Berikutnya

Banyak varietas dibudidayakan di pulau-pulau Pasifik, tetapi banyak di antaranya belum diperkenalkan ke Amerika tropis.

Pohon sukun tidak dapat mentolerir embun beku dan belum berhasil tumbuh bahkan di bagian paling selatan Florida.

Di Hindia Barat dan di daratan Amerika dari Meksiko hingga Brasil, pohon sukun ditanam di halaman rumah, dan buahnya dijual di pasar.

Saat ini, banyak dikembangkan sukun tanpa biji yang dibuat dengan cara stek akar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com