Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/10/2021, 20:45 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com – Abris Sous Roche adalah istilah untuk menyebut gua-gua yang ditinggali manusia purba pada zaman Mesolithikum.

Abris Sous Roche diselidiki pertama kali oleh Van Stein Callenfels. Penyelidikan di lakukan di Gua Lawa Sampung (Ponorogo, Madiun) pada tahun 1928-1931.

Di situs tersebut ditemukan beberapa peralatan, di antaranya adalah ujung panah dan batu penggilingan. Bagian paling besar dari alat tersebut disebut Sampung bone-culture karena terbuat dari tulang.

Dilansir dari Sumber Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), berikut adalah hasil-hasil kebudayaan Abris Sous Roche:

1. Serpih bilah

Salah satu alat khas kebudayaan Abris Sous Roche adalah alat mikrolit yang berbentuk geometris.

Baca juga: Zaman Hidupnya Homo Sapiens dan Ditemukannya di Indonesia

Kalsedon, andesit, dan batu gamping adalah beberapa batu yang digunakan untuk membuat alat tersebut.

Tradisi penggunaan serpih bilang terutama berlangsung pada kehidupan di gua Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur, namun sepertinya kurang berkembang di Jawa.

2. Alat tulang

Penemuan alat tulang yang paling terkenal adalah di Gua Lawa, dekat Sampung. Pada lapisan bawah gua ini terdapat banyak alat tulang.

Alat-alat tersebut di antaranya adalah lancipan, belatik dari tanduk, sundip tulang, dan beberapa mata kail.

Pada alat-alat tersebut ditemukan pipisan yang halus sehingga mungkin alat tulang ini sering digunakan.

Baca juga: Zaman Glasial dan Interglasial

Pembuatan alat-alat tulang pada masa berburu dan meramu tingkat awal masih terbatas. Ini terlihat dari temuan alat tulang yang hanya di satu tempat, yakni di Ngandong.

3. Lukisan gua

Lukisan gua dibuat dengan cara menggores dinding-dinding gua atau menggunakan cat yang berwarna merah, hitam, atau putih.

Adanya lukisan gua juga berkaitan dengan sistem kepercayaan masyarakat pada masa itu. Kebiasaan ini adalah bentuk kepercayaan awal manusia purba akan adanya kehidupan setelah kematian yang berupa roh-roh orang yang sudah meninggal.

Selain untuk upacara penghormatan nenek moyang, lukisan gua mungkin juga dibuat untuk keperluan meminta hujan atau kesuburan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com