Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim Dunia, Pakar ITB: Perguruan Tinggi Harus Berperan Beri Bukti Saintifik

Kompas.com - 12/10/2021, 17:32 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Menyikapi perubahan iklim, ahli menyebutkan bahwa pendidikan tinggi seharunya bisa berperan aktif mengeksplorasi bukti saintifik untuk kebijakan terkait krisis iklim di dunia.

Para ahli bertukar pendapat mengenai eksplorasi peran dari pendidikan tinggi dalam krisis iklim dalam forum rountable.

Indonesia sebagai tuan rumah dari seri pertama diskusi rountable dari Climate Connection British Council ini fokus pada topik ketahanan serta bantuan bencana akibat iklim.

Chair of the Indonesian Disaster Expert Association (IABI) 2017-2021, sekaligus bagian dari Institute Teknologi Bandung (ITB), Dr Harkunti Rahayu mengatakan, berdiskusi dengan banyak pihak dari berbagai negara dan bidang, sangat diperlukan untuk membuat respon yang tepat terhadap perubahan iklim.

Sebab, kerja sama global sangatlah krusial untuk menyikapi tantangan bersama di bidang perubahan iklim. 

Baca juga: Krisis Iklim, Apakah Energi Air Punya Masa Depan?

 

Menurut Rahayu, respons terhadap krisis iklim dunia dari perubahan iklim merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat atau semua pihak. Tanpa terkecuali semua masyarakat di lingkungan pendidikan.

"Menanggapi dampak perubahan iklim menjadi sebuah kebutuhan, tidak hanya melalui penguatan ketahanan komunitas, namun juga dengan membangun lingkungannya," kata Rahayu dalam seri diskusi Rountable Pendidikan Tinggi, British Council, Senin (11/10/2021).

Variabilitas pembangunan lingkungan binaan yang dimaksudkan bisa dari berbagai perspektif segi fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan, banyak wilayah pesisir yang kondisinya memburuk karena dampak dari perubahan iklim. 

Mengurangi kerentanan-kerentanan krisis iklim dunia ini, sekaligus dengan meningkatkan kapasitas masyarakat sangat penting untuk membangun ketahanan komunitas dengan melindungi masyarakat dari kerusakan lebih lanjut yang disebabkan oleh perubahan iklim. 

Baca juga: Krisis Iklim Bikin Serangga Penyerbuk di Ekosistem Indonesia Terancam

Ilustrasi pemanasan global diprediksi dapat menyebabkan gelombang panas yang intensi di Asia Tenggara.SHUTTERSTOCK/nexus 7 Ilustrasi pemanasan global diprediksi dapat menyebabkan gelombang panas yang intensi di Asia Tenggara.

"Hal ini membutuhkan komitmen kuat dari penthahelix, seperti kurikulum pengajaran, riset, pembangunan komunitas, universitas-universitas yang mempersiapkan generasi masa depan agar mampu menyikapi serta hidup dengan dampak dari perubahan iklim,” ujarnya.

Seharusnya, kata dia, perguruan tinggi memberikan bukti saintifik yang dapat digunakan pemerintah dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan mitigasi perubahan iklim berdasarkan bukti.

Sehingga, nantinya proyek riset kolaboratif terbaru di bidang pendidikan tinggi benar-benar dapat merefleksikan peran universitas dalam memimpin arah mitigasi krisis iklim.

Sektor pendidikan tinggi dapat berkontribusi bagi isu perubahan iklim dari berbagai aspek.

Pertama, sektor pendidikan tinggi dapat bekerja dengan komunitas di lapangan melalui riset dan kolaborasi komunitas untuk mendukung mereka menemukan cara atau alternatif bagaimana kita dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim.

Baca juga: Hari Bumi: Masalah Kesehatan dan Krisis Iklim Harus Segera Selesai

 

Selain itu, sangat mungkin juga akan ada komunitas yang melakukan riset lapangan mengenai cara untuk lebih tahan terhadap bencana iklim.

Selain itu, cuaca ekstrem yang semakin kerap terjadi saat ini, dalam hal ini pendidikan tinggi juga bisa turut andil dalam keberlangsungan riset tersebut.

Selanjutnya, sektor pendidikan tinggi juga bisa mendorong dan membantu para murid untuk mengembangkan pengetahuan serta keahlian yang diperlukan, sehingga mereka mampu menghadapi tantangan iklim yang kompleks di masa mendatang.

Di mana tentunya nanti, institusi pendidikan akan memiliki pandangan dan riset berbasis bukti terhadap krisis iklim dunia, termasuk lokal yang melanda setiap negara masing-masing.

Baca juga: Hutan Amazon Terancam Jadi Sabana Kering karena Krisis Iklim

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com