Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Covid-19 Punya Siklus yang Berlangsung 2 Bulanan?

Kompas.com - 06/10/2021, 14:00 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Menanggapi hal ini, pakar epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan kepada Kompas.com, Selasa (5/10/2021) bahwa temuan itu menunjukkan salah satu data testing yang luar biasa.

"Kalau kita memiliki kemampuan 3T yang kuat, maka akan banyak memberikan informasi penting," jelas Dicky.

Dicky menduga bahwa kemungkinan siklus Covid-19 yang dua bulanan dikarenakan strain virus memang bersirkulasi dan memerlukan waktu dua bulan.

"Mirip seperti siklus flu, yang memang nanti (Covid-19). Karena orang sudah banyak yang divaksinasi," imbuh Dicky.

Lebih lanjut, Dicky menjelaskan bahwa data-data tentang siklus puncak Covid-19 setiap dua bulanan ini, bisa juga dikarenakan lokasi tertentu telah mencapai status imunitas. Akan tetapi, Dicky menggarisbawahi bahwa itu bukan herd immunity atau kekebalan komunal.

Kasus di Amerika Serikat ini, kata Dicky, menunjukkan bahwa dua bulan kasus Covid-19 landai, lalu dua bulan kemudian kasus infeksi meningkat.

"Mungkin penyebabnya karena adanya strain baru, atau penjelasan lainnya. Karena ini juga berkaitan juga dengan adanya siklus sosial dari manusia yang terpapar lalu menginfeksi orang-orang yang rawan di negara itu," jelas Dicky.

Baca juga: Infeksi Ulang Covid-19 Meningkat, Ancam Kekebalan pada Virus

Waspada siklus Covid-19 dua bulanan

Lantas, apa yang perlu diwaspadai, jika benar siklus puncak Covid-19 terjadi setiap dua bulan?

Dicky menjelaskan perlunya meningkatkan dan memperkuat testing yang baik. Jika tidak dilakukan sesuai skala pandemi, maka kita akan gagal dalam mendeteksi kasus-kasus yang ada di masyarakat.

Dampaknya, kegagalan itu akan semakin membuat banyak korban Covid-19 berjatuhan.

Oleh karena itu, perlu disadari juga bahwa memang sebagian besar kasus Covid-19 ini menunjukkan banyak orang yang sembuh dari Covid-19, atau bahkan sakit tapi tidak bergejala.

"Tetapi perlu diketahui bahwa sepertiga dari yang pulih dari Covid-19 mengalami long covid, dan 70 persen dari sepertiga (kasus sembuh) mengalami kerusakan organ vital, paru, jantung, ginjal, bahkan hati, yang kemudian menurunkan kualitas hidupnya," jelas Dicky.

Oleh sebab itu, jika benar siklus ini terjadi, maka Dicky mengingatkan agar tetap tidak lengah. Sebagaimana karakter flu, siklus lonjakan Covid-19 akan ada dan berulang.

"Makanya menjaga diri, lingkungan, memakai masker harusdilakukan, sampai kondisi memang dinyatakan pelonggaran. Tetapi setidaknya hingga setahun lebih ke depan, masih terus dijaga, 3T,5M, dan vaksinasi masih akan terus dilakukan," papar Dicky.

Baca juga: Penyebab Kasus Covid-19 dan Kematian di Asia Tenggara Meningkat Tajam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com