Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Pertama, Implan Otak Berhasil Atasi Depresi Resisten

Kompas.com - 06/10/2021, 10:00 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Depresi bukanlah penyakit yang mudah untuk disembuhkan. Hampir sepertiga pasien dengan depresi tidak merespons atau resisten terhadap pengobatan.

Namun, sebuah harapan baru muncul bagi orang-orang dengan depresi resisten. Para peneliti dari University of California, San Francisco (UCSF) telah berhasil menggunakan implan otak untuk menangani depresi resisten pada seorang pasien berusia 36 tahun bernama Sarah.

Dilansir dari Science Alert, Selasa (5/10/2021); Sarah telah mengidap depresi resisten sejak kecil. Pada saat bergabung dengan studi kasus yang dilakukan UCSF, depresi Sarah bahkan telah mencapai tingkat sangat berat.

Menggunakan kabel elektroda untuk menstimulasi otak dalam Sarah, para peneliti pun berhasil meringankan gejala depresi yang diidapnya.

Baca juga: Berkat Implan Otak, 6 Pasien Buta Bisa “Melihat” Kembali

Walaupun terdengar mengerikan, sebetulnya penggunaan implan otak bukan baru kali ini dilakukan. Terapi stimulasi otak dalam telah terbukti berhasil meringankan berbagai gangguan otak, seperti penyakit Parkinson dan epilepsi.

Namun, depresi ditemukan lebih sulit ditangani daripada kedua penyakit tersebut. Sebuah metode stimulasi otak dalam untuk penanganan depresi yang menarget area otak tertentu, seperti Brodmann area 25, ditemukan tidak selalu berhasil dan malah cenderung gagal.

Nah, yang berbeda dari metode UCSF adalah personalisasinya.

Dalam kasus Sarah, para peneliti terlebih dahulu mengidentifikasikan area otak yang terkait dengan depresinya. Mereka pun menemukan biomarker berupa gelombang otak khusus yang belum pernah diidentifikasikan terkait depresi sebelumnya.

Tim peneliti lantas membangun mesin yang hanya akan bekerja ketika biomarker tersebut diekspresikan oleh otak Sarah.

Baca juga: Kisah Pria China yang Implan Otak untuk Hentikan Kecanduan Narkobanya

Mesin ini terdiri dari dua kabel elektroda yang dimasukkan ke dalam otak. Satu kabel berfungsi untuk mendeteksi biomarker, sedangkan kabel lainnya bertugas untuk mengirimkan kejutan-kejutan listrik kecil selama enam detik yang akan menstimulasi bagian otak dalam Sarah.

Usai menjalani terapi ini, Sarah mengalami perubahan yang luar biasa.

Dia mengatakan, pada beberapa bulan pertama, pengurangan depresi yang saya alami begitu tiba-tiba, dan saya tidak yakin akan bertahan.

"Namun, (efeknya) masih bertahan. Dan saya kini menyadari bahwa alat ini benar-benar memperbesar efek terapi dan perawatan diri yang telah saya pelajari," ujarnya.

Sejauh ini, para peneliti memang baru berhasil menggunakan terapi ini pada satu orang saja, dan itu pun belum diketahui efeknya akan bertahan berapa lama. Studi-studi lain yang menyelidiki efek stimulasi otak dalam juga belum menunjukkan hasil yang berarti dalam uji klinis.

Baca juga: Peneliti Turki Bikin Implan Otak untuk Atasi Epilepsi, Seperti Apa?

Namun, tim peneliti UCSF berkata bahwa keberhasilan pada Sarah ini adalah kemajuan luar biasa dalam pengetahuan tentang fungsi otak yang mendasari penyakit mental.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com