Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ungkap Orang yang Tak Divaksin Lebih Rentan Alami Infeksi Ulang Covid-19

Kompas.com - 04/10/2021, 21:13 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 hampir dua tahun, tetapi masih belum ada kepastian terkait berapa lama sebenarnya kekebalan tubuh bertahan setelah orang yang tidak divaksinasi terinfeksi SARS-CoV-2.

Namun, studi baru yang dilakukan tim ilmuwan yang dipimpin oleh fakultas di Yale School of Public Health dan University of North Carolina di Charlotte menemukan, bahwa perlindungan yang kuat setelah infeksi alami berumur pendek.

Melansir Medical Xpress, Jeffrey Townsend, Profesor Biostatistik Elihu di Yale School of Public Health mengatakan, infeksi ulang dapat terjadi secara wajar dalam tiga bulan atau kurang.

Baca juga: Banyaknya Dewasa Muda yang Enggan Divaksinasi Covid-19 Bisa Menghambat Upaya Herd Immunity

"Oleh karena itu, mereka yang telah terinfeksi secara alami harus divaksinasi. Infeksi sebelumnya hanya dapat memberikan perlindungan jangka panjang yang sangat sedikit terhadap infeksi berikutnya," kata Townsend yang juga penulis utama studi tersebut.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Microbe ini, adalah yang pertama menentukan kemungkinan infeksi ulang setelah infeksi alami dan tanpa vaksinasi.

Townsend dan timnya menganalisis reinfeksi dan data imunologi yang diketahui dari kerabat dekat virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan flu biasa, bersama dengan data imunologis dari SARS-CoV-1 dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip evolusi, tim peneliti mampu memodelkan risiko infeksi ulang Covid-19 dari waktu ke waktu.

Para peneliti menekankan, infeksi ulang dapat dan telah terjadi, bahkan tak lama setelah pemulihan. Dan akan menjadi semakin umum, ketika kekebalan berkurang dan varian baru SARS-CoV-2 muncul.

Baca juga: Infeksi Ulang Covid-19 Langka, tapi Sering Dialami Lansia

"Kita cenderung berpikir tentang kekebalan sebagai kebal atau tidak kebal. Studi kami memperingatkan bahwa kita harus lebih fokus pada risiko infeksi ulang dari waktu ke waktu," kata Alex Dornburg, asisten profesor bioinformatika dan genomik di University of North Carolina di Charlotte, yang ikut memimpin penelitian.

“Ketika varian baru muncul, respons imun sebelumnya menjadi kurang efektif dalam memerangi virus. Mereka yang secara alami terinfeksi di awal pandemi semakin cenderung terinfeksi kembali dalam waktu dekat,” lanjutnya.

Model berbasis data tim mengungkapkan kesamaan mencolok dengan risiko infeksi ulang dari waktu ke waktu antara SARS-CoV-2 dan virus corona endemik.

"Sama seperti flu biasa, dari satu tahun ke tahun berikutnya Anda mungkin terinfeksi kembali dengan virus yang sama. Bedanya, selama kemunculannya di pandemi ini, Covid-19 terbukti jauh lebih mematikan," kata Townsend.

Lebih lanjut, Townsend mengingatkan, ciri khas dunia modern adalah evolusi ancaman baru terhadap kesehatan manusia.

"Temuan kami menggarisbawahi peran penting dalam menginformasikan pengambilan keputusan, dan memberikan batu loncatan penting menuju pengetahuan yang kuat tentang prospek resistensi terhadap reinfeksi SARS-CoV-2," pungkasnya.

Baca juga: Risiko Orang yang Tak Divaksin Covid-19, Salah Satunya Long Covid

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com