Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Kaki Berusia 23.000 Tahun Ditemukan di Amerika, Ini yang Terjadi

Kompas.com - 04/10/2021, 10:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

 

Persoalan rumit yang dicatat oleh jurnal selama tahap awal penelitian adalah efek reservoir.

Hal ini mengacu pada karbon yang ditemukan terkadang berdaur ulang di lingkungan berair, mengganggu hasil radiokarbon (penanggalan) dengan membuat situs tampak lebih tua dari usianya.

Namun, para peneliti mengatakan mereka telah memperhitungan efek ini, dan meyakini hal itu tidak berpengaruh banyak terhadap objek penelitian.

Prof Tom Higham, ahli penanggalan radiokarbon di Universitas Vienna mengatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan penanggalan dari materi terdekat lokasi jejak kaki, dan menemukan bahwa sampel terestrial (arang) menunjukkan usia yang sama dari spesies air, yang mereka ukur usianya dari dekat lokasi jejak kaki.

"Mereka juga berpendapat, menurut saya dapat dibenarkan, bahwa saat orang-orang berjalan di sana, air danau saat itu pasti dangkal, sehingga bisa mencegah efek reservoir yang ditunjukan oleh sumber karbon lama," kata Higham.

Konsistensi hasil dan dukungan dari teknik penanggalan yang berbeda diterapkan kepada masing-masing situs telah mendukung validitas hasilnya, tambahnya.

"Menurut saya, secara keseluruhan ini berusia rentang 21.000 sampai 23.000 tahun," kata Prof Higham kepada BBC News.

Pro dan kontra di dunia arkeologi mengenai manusia pertama Amerika berkaitan dengan hal ini.

Selama paruh kedua Abad ke-20, sebuah konsensus muncul di antara para arkeolog Amerika Utara, bahwa orang-orang dengan budaya Clovis merupakan yang pertama menduduki Amerika.

Clovis merupakan budaya Palaeo-India di Amerika Tengah dan Utara diperkirakan periode 11.500 - 11.000 tahun lalu, dengan peninggalan berupa mata panah batu berbentuk daun tebal yang biasa disebut titik Clovis.

Gelombang manusia prasejarah ini diperkirakan telah menyeberangi jembatan darat melintasi Selat Bering yang menghubungkan antara Siberia dan Alaska selama zaman es terakhir, ketika permukaan laut turun.

Ketika gagasan "Clovis yang pertama" mulai berlaku, laporan tentang pendudukan yang lebih tua dianggap tidak bisa diandalkan, dan sejumlah arkeolog benar-benar berhenti untuk menggali tanda-tanda pendudukan sebelumnya.

Tapi pada 1970-an, pandangan tua ini mendapat tantangan.

Pada 1980-an, bukti yang kuat kehadiran manusia berusia 14.500 tahun telah muncul di Monte Verde di Chili.

Dan sejak 2000-an, situs pra-Clovis lainnya telah diterima secara luas - seperti Kompleks Buttermilk Creek berusia 15.500 tahun di Texas tengah, dan situs Cooper Ferry berusia 16.000 tahun di Idaho.

Sekarang, bukti jejak kaki dari Meksiko Baru menunjukkan manusia sudah berhasil mencapai pedalaman Amerika Utara pada periode Zaman Es akhir.

Gary Haynes, seorang professor emeritus di Universitas Nevada, Reno, mengatakan: "Saya tak bisa menemukan kesalahan pada hasil penelitian itu, atau dengan interpretasi - jurnal ini penting dan provokatif.

Baca juga: Manusia Purba Berkali-kali Migrasi ke Jazirah Arab karena Perubahan Iklim

"Jalurnya sangat jauh ke selatan dari penghubung daratan Bering hal ini membuat kita bertanya-tanya (1) apakah orang-orang atau nenek moyang mereka (atau orang lain) berhasil melewati Asia ke Amerika jauh lebih awal, (2) apakah mereka berpindah cepat melalui benua-benua setelah melalui penyeberangan (3) apakah mereka meninggalkan keturunan."

Dr Andrea Manica, ahli genetika dari Universitas Cambridge mengatakan, temuan ini memiliki dampak penting bagi sejarah populasi Amerika.

"Saya tak bisa berkomentar mengenai keandalan penanggalan ini (bukan bidang saya), tapi bukti kuat tentang keberadaan manusia di Amerika Utara 23.000 tahun lalu, ini bertentangan dengan jalur genetika, di mana secara jelas menunjukkan pemisahan penduduk Amerika Asli dari Asia sekitar 15-16.000 tahun lalu," katanya kepada BBC News.

"Ini menunjukkan bahwa koloni pertama Amerika telah digantikan ketika sekat-sekat es terbentuk, dan koloni yang lainnya datang. Kami tak tahu bagaimana itu terjadi."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com