Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spesies Baru Cecak Jarilengkung Hamidyi Ditemukan di Pulau Kalimantan

Kompas.com - 21/09/2021, 19:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti kembali berhasil menemukan dan mengindetifikasikan spesies cecak baru yakni cecak jarilengkung hamidy dari pulau terbesar ketiga di dunia yakni Pulau Kalimantan (Borneo), Indonesia.

Cecak jarilengkung hamidy ini memiliki nama ilmiah Cyrtodactylus hamidyi (C. hamidyi).

Peneliti Zoologi dari Museum Zoologicum Bogoriense, Awal Riyanto, mengatakan, setelah serangkaian panjang penelitiannya, akhirnya hasil penemuan terbaru ini telah dipublikasikan dalam jurnal Zootaxa pada 25 Agustus 2021. 

Riyanto dalam keterangan tertulisnya di laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan, penemuan cecak jenis baru ini bermula dari pemeriksaan detail spesimen Cyrtodactylus dari Kalimantan yang tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), Cibinong, Jawa Barat.

Baca juga: Temuan Spesies Baru Katak Kecil Bermulut Sempit di Belitung dan Lampung

Semula, Riyanto fokus untuk mengungkap diversitas marga cecak jarilengkung Indonesia dan bagaimana biogeografi serta evolusinya.

Namun, Riyanto bersama dengan beberapa peneliti lainnya dari Kyoto University dan University of Hyogo, Jepang, La Sierra University USA serta Universitas Brawijaya kemudian mengidentifikasi beberapa spesies baru.

Saat pemeriksaan spesimen koleksi marga cecak jarilengkung dari Kalimantan, mereka menemukan spesies baru, salah satunya C. hamidy ini. 

"C. hamidyi semula adalah empat spesimen berlabel C.baluensis dan dikoleksi tahun 2011 dari Kalimantan Timur," ujar Riyanto.

Sementara itu, tiga spesies baru lainnya sedang dalam tahap finalisasi penulisan manuskripnya.

Baca juga: Pentingnya Temuan Kerangka Manusia Berusia 7.000 Tahun di Sulawesi bagi Indonesia

Untuk diketahui, ketiga spesimen tersebut berasal dari Tawau, Sabah, Malaysia.

Riyanto menjelaskan bahwa sebagai peneliti, dia tentu tidak bisa bersikap tertutup dalam dunia ilmu pengetahuan. Seorang peneliti harus mempunyai koneksi yang luas untuk menembus batas administrasi antar negara untuk berdiskusi dalam bidang yang sama.

Hal ini dibuktikannya dalam mempelajari spesimen dari Tawau ini.

Tanpa berangkat ke Institute for Tropical Biology and Conservation, University Malaysia Sabah, yang merupakan tempat di mana spesimen dari Tawau dideposit atau pun Osaka Museum of Natural History Jepang, data yang dibutuhkan tetap dapat diperoleh Riyanto.

Alasan penamaan C. Hamidyi

Menurut Riyanto, nama hamidy disematkan dalam penemuan tersebut sebagai penghormatan dan penghargaan kepada Dr Amir Hamidy, salah satu herpetologis Indonesia.

Sebagai informasi, herpetologis adalah pakar atau ahli yang berfokus dalam bidang keilmuan reptilia dan amfibia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com