Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Ancaman Letusan Gunung Berapi Super Selalu Ada

Kompas.com - 20/09/2021, 20:30 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tim peneliti internasional mengungkapkan, jika ancaman letusan gunung berapi super (supervulcano) akan selalu ada.

Hasil tersebut didapat setelah peneliti mempelajari letusan Toba, gunung berapi purba di Sumatera Utara.

Peneliti pun mendapati jika gunung berapi tersebut tetap aktif dan berbahaya selama ribuan tahun setelah letusan super.

Temuan ini pun mendorong peneliti untuk memikirkan, pentingnya memprediski bencana ini di masa depan.

Baca juga: NASA: Ribuan Letusan Gunung Berapi Purba Pernah Terjadi di Mars

Menurut Martin Danišík, penulis utama dari Curtin University mengatakan, kalau gunung berapi super sering meletus beberapa kali dengan interval puluhan ribu tahun. Tetapi, tak diketahui apa yang terjadi selama periode tak aktif tersebut.

"Memperoleh pemahaman tentang periode tak aktif yang panjang itu akan membantu kita memahami dan memprediksi letusan di masa depan," kata Danišík, seperti dikutip dari Science Daily, Senin (20/9/2021).

Letusan super adalah salah satu peristiwa paling bencana dalam sejarah Bumi. Dalam peristiwa tersebut, gunung berapi akan mengeluarkan magma dalam jumlah besar secara seketika.

Letusan tersebut dapat berdampak pula pada iklim global hingga membuat Bumi mengalami 'musim dingin vulkanik', yang merupakan periode dingin yang tidak normal, yang dapat mengakibatkan kelaparan yang meluas dan gangguan populasi.

Dalam studinya, tim peneliti melakukan penelitian terhadap sisa magma yang tertinggal setelah letusan super Toba 75.000 tahun yang lalu.

Dengan menggunakan data geokronologis, inferensi statistik, dan pemodelan termal, peneliti menunjukkan bahwa magma terus mengalir keluar dari dalam kaldera selama 5000 hingga 13.000 tahun setelah letusan.

Sementara sisa magma yang padat seperti cangkang kura-kura raksasa, kemudian terdorong ke atas.

"Temuan ini menantang pengetahuan yang ada dalam mempelajari letusan. Kita sekarang harus mempertimbangkan bahwa letusan dapat terjadi, bahkan jika tak ada magma cair yang ditemukan di bawah gunung berapi. Konsep tentang apa yang meletus perlu dievaluasi kembali," ungkap Danišík.

Baca juga: Gunung Berapi di Indonesia Termasuk Paling Berbahaya di Dunia, Mengapa?

Ia juga menambahkan, bahaya setelah letusan super masih belum akan berakhir dan bisa jadi ada ancaman bahaya lebih lanjut selama ribuan tahun setelah terjadi letusan.

"Mempelajari kapan dan bagaimana magma yang dapat meletus terakumulasi, dan dalam keadaan seperti apa magma sebelum dan sesudah letusan tersebut, sangat penting untuk memahami gunung berapi super," tambah Danišík.

Studi ini dipimpin oleh para peneliti dari Oregon State University, dan ditulis bersama oleh para peneliti dari Universitas Heidelberg, Badan Geologi Indonesia, Dr Jack Gillespie dari Curtin's School of Earth and Planetary Sciences dan The Institute for Geoscience Research (TIGeR), Lembaga penelitian ilmu bumi unggulan Curtin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com