Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ignasius D.A. Sutapa, MSc

Pakar lingkungan yang saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif APCE – UNESCO C2C, Wakil Ketua UNESCO-IHP Indonesia, Wakil Ketua Komite Ahli Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, sekaligus Profesor Bidang Teknik Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Memahami Fenomena Alam, Mencegah Banjir Bandang Berulang

Kompas.com - 15/09/2021, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Prof. Dr. Ignasius D.A. Sutapa, MSc.

"TAK ada sesuatu yang baru di bawah matahari, apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi”, merupakan pepatah orang bijak yang mungkin sering kita dengar [PKH, 1:9].

Ada benarnya memang, kalau melihat berbagai kejadian di dunia ini khususnya bencana terkait air (bencana keairan) seperti banjir, longsor, pencemaran, kekeringan dan lain-lain yang sering kali terjadi dan berulang.

Berkaca dari pepatah bijak tersebut, kita sebagai manusia yang berakal budi dan beradab semestinya dapat menarik pelajaran dari setiap peristiwa yang telah terjadi, bertambah bijaksana serta tidak mengulangi tindakan yang dapat memicu terjadinya lagi bencana yang sama.

Seringkali kita dibuat kaget atau merasa terhenyak dengan bencana banjir yang terjadi di beberapa wilayah di tanah air. Informasi terbaru adalah banjir yang merendam ratusan rumah di Banten pada Selasa, 14 September 2021.

Baca juga: Banjir di Banten, BMKG Sebut Hari Ini dan Besok Masih Berpeluang Hujan

Sebelumnya pada hari Senin 6 September 2021, banjir bandang juga melanda Kabupaten Bogor – Jawa Barat. BPBD Kabupaten Bogor mencatat bahwa banjir ini disebabkan oleh meluapnya sungai Cidurian dan berdampak terhadap infrastruktur, pemukiman penduduk, sarana umum dan sosial, dan lain-lain yang berada di empat Kecamatan, yaitu Sukajaya, Jasinga, Nanggung dan Cigudeg.

Beberapa minggu sebelumnya, tepatnya pada hari Kamis 19 Agustus 2021, banjir yang tidak kurang dahsyatnya juga menerjang wilayah Kabupaten Katingan – Kalimantan Tengah. Di samping melanda semua kecamatan yang berjumlah 13 di Kabupaten ini, luapan air sungai Katingan belum surut dan dampaknya belum dapat diatasi sampai hari ini.

Bila ditarik mundur lebih ke belakang, sejak bulan Januari sampai dengan Agustus 2021, BNPB telah mencatat sebanyak 1.667 kejadian bencana alam yang sebagian besar (87.52 %) termasuk bencana keairan seperti banjir 676, puting beliung 452, tanah longsor 328 dan kekeringan 3 kejadian.

Peristiwa tersebut tentu saja menimbulkan kerugian yang sangat besar baik korban jiwa meninggal dunia, hilang, luka-luka dan mengungsi serta kerugian material seperti kerusakan permukiman penduduk, fasilitas umum, perkantoran dan sarana jalan dan lain-lain.

Hal ini menunjukan bahwa bencana meteorologis perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan semua stakeholders dalam melakukan upaya preventif, mitigatif dan adaptatif agar kejadian bencana dapat dicegah atau dikurangi dampaknya.

Catatan penting lainnya adalah kecenderungan peningkatan jumlah kejadian bencana banjir dalam 10 tahun terakhir sejak 2011 sampai dengan 2020. Jumlah banjir pada tahun 2011 tercatat 514 dan meningkat menjadi 1276 kejadian di tahun 2019 atau lebih dari dua kali lipat seperti ditunjukan dalam Gambar 1.

Diolah dari data BNPB oleh penulis Gambar 1. Kecenderungan peningkatan jumlah kejadian banjir dalam 10 tahun terakhir

Melihat fakta bahwa bencana keairan termasuk banjir terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini menimbulkan pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana kita harus bersikap serta apa yang semestinya dilakukan?

Bagai sebuah sistem iterasi, kembali ke titik awal untuk memahami lebih dalam permasalahan yang dihadapi akan sangat membantu membuat perencanaan lebih baik (plan), tindakan yang diperlukan (do), pemantauan dan evaluasi (check) serta perbaikan yang harus dilakukan (act).

Baca juga: BMKG: Jakarta dan Wilayah Lain, Waspada Potensi Cuaca Ekstrem dan Banjir Sepekan ke Depan

Empat tahap penting yang perlu dilalui untuk mengatasi permasalahan bencana banjir di tanah air serta mengurangi dampaknya meliputi: melihat kembali siklus air dan parameter terkait sebagai dasar perencanaan; melakukan perhitungan dan perkiraan diperlukan untuk pencegahan atau pengurangan dampak; memantau dan mengevaluasi proses dan progress yang sudah dilakukan; serta memperbaiki dan menyempurnakan sistem atau model solusi yang dihasilkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com