Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Jupiter Memicu Fusi Nuklir dan Mengganggu Evolusi Kehidupan di Bumi?

Kompas.com - 08/09/2021, 17:38 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jupiter merupakan planet kelima dan terbesar di tata surya, yang diklaim memicu fusi nuklir, sehingga disinyalir menyebabkan kehidupan di Bumi mungkin tidak pernah berevolusi.

Mengenai klaim ini, berikut penjelasan Peneliti di Pusat Riset Sains Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang kepada Kompas.com, Kamis (26/8/2021).

Apa itu fusi nuklir?

Fusi nuklir adalah sebuah reaksi yang berlangsung oleh dua inti atom yang bergabung membentuk satu atau lebih inti atom yang lebih besar, serta partikel subatom seperti neutron maupun proton.

Baca juga: Benarkah Jupiter adalah Bintang yang Gagal? Ini Penjelasan LAPAN

Perbedaan antara massa reaktan (partikel yang beraksi) dan produk (hasil reaksi) akan melepas energi yang sebanding dengan selisih massa keduanya. 

Selisih massa inilah yang disebut sebagai defek massa. 

Defek massa ditimbulkan oleh perbedaan energi ikatan inti atom antara sebelum dan setelah reaksi. 

Semakin besar nomor atomnya dan semakin tidak jenuh ikatannya (dalam artian tidak mengandung gugus rantai tunggal), maka energi ikatan intinya akan semakin besar. 

"Fusi nuklir dapat memberikan daya bagi bintang untuk tetap bersinar hingga bahan bakarnya habis," jelasnya.

Proses fusi membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan masing-masing inti atom, bahkan unsur yang paling ringan sekalipun seperti hidrogen. 

Reaksi ini bersifat eksoterm, atau melepas kalor ke lingkungan, sehingga reaksi dapat terjadi dengan sendirinya. 

Tetapi, fusi nuklir akan menghasilkan energi yang lebih besar jika terbentuk dari inti atom yang lebih berat dari Besi-56 dan Nikel-62 maupun neutron bebas, dibandingkan dengan energi yang dibutuhkan untuk menggabungkan unsur-unsur tersebut. 

Reaksi ini bersifat endoterm, atau menerima kalor ke lingkungan. Oleh karena itu, unsur-unsur yang lebih ringan akan lebih mudah mengalami fusi nuklir. 

Sebaliknya, unsur-unsur yang lebih berat seperti uranium dan plutonium akan lebih mudah mengalami fisi nuklir; proses yang berkebalikan dari fusi nuklir yakni ketika inti atom meluruh menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

Baca juga: Pertama Kali, Astronom Deteksi Uap Air di Satelit Jupiter Ganymede

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com