Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Terbantahkan, Masker Bedah Efektif Mengurangi Penyebaran Covid-19

Kompas.com - 06/09/2021, 16:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Penggunaan masker untuk mencegah penyebaran Covid-19 diamanatkan semua negara setelah pandemi muncul.

Ada banyak penelitian yang telah menunjukkan kemanjuran vaksin.

Namun uji coba baru berskala besar di Bangladesh semakin memastikan bahwa masker bedah sangat efektif mengurangi penyebaran virus corona SARS-CoV-2.

Uji coba secara acak, merupakan standar emas uji klinis, memberikan bukti nyata bahwa dunia harus menghentikan perdebatan tentang apakah masker efektif dalam memerangi Covid-19.

Hal ini dikatakan oleh Jason Abaluck, seorang ekonom di Yale yang membantu memimpin penelitian kepada The Washington Post.

Baca juga: Epidemi Virus Corona Pertama Kali Menyerang 21.000 Tahun Lalu

Studi preprint ini telah diunggah ke situs web nirlaba Innovations for Poverty Action dan saat ini sedang menjalani peer-review di jurnal Science.

Dilansir dari IFL Science, Kamis (2/9/2021), uji coba ini melibatkan lebih dari 342.000 orang dari 600 desa di Banglades antara November 2020 hingga April 2021. Ini menjadikannya studi acak terbesar terkait hubungan antara pemakaian masker dan penyebaran Covid-19.

Sekitar 178.000 responden ditempatkan di kelompok intervensi yang didorong untuk memakai masker. Sementara 163.000 sisanya bertindak sebagai kelompok kontrol dan tidak menerima intervensi.

Pemakaian masker lebih dari tiga kali lipat setelah intervensi, dengan peningkatan 28,8 persen antara kelompok kontrol dan intervensi.

Para peneliti memperkirakan, setidaknya orang yang memakai masker dengan disiplin dan terinfeksi Covid-19, gejalanya 11,9 persen lebih ringan dan 9,3 persen mengalami infeksi simtomatik (bergejala).

“Hasil kami tidak boleh dianggap bahwa masker hanya dapat mencegah 10 persen kasus Covid-19, apalagi menekan 10 persen kematian Covid-19,” tulis para penulis dalam penelitian tersebut.

Mereka melaporkan bahwa meskipun pemakaian masker meningkat setelah intervensi, itu tidak universal – hanya 29 orang dari setiap 100 orang yang memilih untuk memakai masker.

“Dampak total dengan pemakaian masker yang hampir universal, mungkin dapat dicapai dengan strategi alternatif atau penegakan yang lebih ketatm mungkin beberapa kali lebih besar dari perkiraan 10 persen kami.”

 

Agar masker dapat dipakai secara luas di lingkungan penelitian, penulis memiliki strategi promosi pemakaian masker dengan menggunakan empat poin, yakni:

  • Setiap orang dalam kelompok intervensi diberikan masker gratis,
  • Diberikan informasi tentang pentingnya penggunaan masker,
  • Diberikan pengingat secara langsung,
  • Menyaksikan tokoh masyarakat yang dihormati secara terbuka mendukung penggunaan masker.

Tingkat pemakaian masker diamati oleh petugas berpakaian preman di masjid, pasar, jalan masuk utama desa, dan warung teh.

Setelah lima hingga sembilan minggu, peserta disurvei untuk mengetahui gejala. Kemudian pada 10 hingga 12 minggu sampel darah diambil untuk memeriksa antibodi virus corona SARS-CoV-2 dan menentukan jumlah infeksi.

Seperti yang dilaporkan sebelumnya, tidak semua masker diciptakan sama, dan studi baru ini tidak menemukan perbedaan.

Pada kelompok yang diberi masker bedah, infeksi simtomatik 11,2 persen lebih rendah daripada kelompok kontrol. Pada usia di atas 60-an, pengurangan ini bahkan lebih dramatis, 34,7 persen.

Masker kain, di sisi lain, tidak berpengaruh pada jumlah infeksi. Namun, masker kain mampu mengurangi gejala Covid-19, meskipun efeknya jauh lebih sedikit – 30 hingga 80 persen – daripada di desa masker bedah.

Abaluck menekankan, temuan ini sama sekali bukan bukti bahwa masker kain tidak efektif.

Mengenai umur panjang intervensi, setelah lima bulan dampaknya memudar, dengan lebih sedikit orang yang tetap memakai masker secara teratur.

Tetapi 10 persen lebih banyak orang dalam kelompok intervensi mengenakan masker dibandingkan dengan mereka yang berada di kontrol, menunjukkan strategi intervensi tim itu efektif, dan dengan penggunaan berkelanjutan dapat berhasil mendorong pemakaian masker.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Dimulai, Berikut 6 Tips Pemakaian Masker untuk Anak

Penelitian ini bukannya tanpa keterbatasan.

Mengidentifikasi infeksi bergejala bergantung pada persetujuan peserta, yang tidak selalu diberikan, berpotensi membuat jumlah infeksi jauh lebih tinggi. Demikian juga, hanya individu bergejala yang diuji untuk virus, yang berarti infeksi tanpa gejala tidak ditemukan.

Studi ini juga tidak dapat menjelaskan hasil mereka. Apakah masker membuat gejala tidak terlalu parah dengan mengurangi viral load yang terpapar pada peserta? Atau apakah mereka mengurangi infeksi baru sepenuhnya?

Oleh karena itu, penulis merencanakan penelitian lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com