Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baby Led Weaning atau Suapi Anak Saat MPASI, Mana Lebih Baik? Ini Kata Dokter

Kompas.com - 01/09/2021, 11:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Baru Jadi Ortu

Waswas soal tumbuh kembang si kecil?

Sigap konsultasi ke dokter anak via Kompas.com

KOMPAS.com - World Health Organization (WHO) menyarankan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dimulai paling lambat saat bayi berusia 6 bulan (timely), dengan memperhatikan kecukupan zat gizi pada MPASI (adequate), aman, dan higienis dalam penyiapan dan pemberian (safe), serta diberikan secara responsif (responsive feeding) atau disuapi.

Beberapa waktu terakhir, para orangtua mengenal metode pemberian MPASI alternatif yang banyak disebut-sebut di media sosial, yaitu baby-led weaning (BLW).

Tidak sedikit orangtua yang menjadi bingung memilih metode pemberian MPASI, yang mana yang paling baik untuk sang buah hati.

Baca juga: Mengapa Banyak Anak yang Tak Suka Makan Sayur? Ini Penjelasan Dokter

Pada metode baby-led weaning, orangtua menentukan apa yang ditawarkan untuk dimakan si kecil, tetapi bayi yang menentukan apa yang akan mereka pilih, berapa banyak, dan seberapa cepat menghabiskan.

Banyak perdebatan mengenai metode BLW sebagai metode pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) pertama.

Namun menurut dr. Cut Nurul Hafifah Sp.A (K) Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi Metabolik RS Pondok Indah, Pondok Indah, bayi yang makan dengan metode BLW, berisiko mengalami kekurangan nutrisi, karena bayi yang menentukan jenis makanan yang dihabiskan dan berapa banyak.

“Seringkali apa yang dipilih bayi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro terutama zat besi,” ujar dr. Cut pada Kompas.com.

Sebagian orangtua beranggapan, bahwa metode baby-led weaning mendorong bayi untuk menerima berbagai macam tekstur dan rasa makanan, sehingga lebih mudah menerima makanan sehat, seperti sayur- sayuran.

Ada pula anggapan, bahwa metode BLW berdampak pada kemampuan bayi mengatur rasa lapar dan mencegah obesitas.

Namun hal ini tidak terbukti berdasarkan studi terbaru oleh Taylor (2017), yang menemukan bahwa bayi yang menjalani metode baby-led weaning memiliki indeks massa tubuh yang sama dengan bayi yang diberi MPASI secara konvensional atau disuapi.

Dikatakan dr. Cut, pemberian MPASI melalui metode BLW juga banyak ditentang, karena bayi berisiko mengalami tersedak.

Dua studi kecil oleh Cameron (2013) dan Morrison (2016) mengindikasikan adanya risiko tersedak lebih tinggi pada bayi yang mendapat baby-led weaning.

Baca juga: Anak Positif Covid-19 dan Menderita Anosmia, Begini Cara agar Anak Mau Makan

Ilustrasi anak makanShutterstock Ilustrasi anak makan

Sementara studi BLISS (Baby-Led Introduction to SolidS, 2017) mencoba mengurangi risiko tersedak dengan melakukan modifikasi terhadap metode BLW, yaitu dengan tetap mengikuti aturan umum pemberian makan seperti:

1. Memastikan faktor kesiapan dan keamanan bagi bayi:

- Posisi bayi harus sudah menegakkan dada dan selama proses makan dapat mempertahankan posisi tersebut

- Bayi harus selalu didampingi saat pemberian makan

- Memperkenalkan makanan yang cukup dapat digenggam oleh bayi (biasanya dalam bentuk finger food/makanan seukuran jari orang dewasa)

- Pastikan makanan cukup lembut sehingga mudah hancur di mulut

- Hindari makanan yang berisiko menyebabkan tersedak, yaitu makanan berbentuk koin, seperti kacang, berondong jagung (pocorn), buah anggur, dan lainnya

2. Perkenalkan berbagai macam makanan

3. Ajak bayi makan bersama dengan anggota keluarga lain

4. Hindari makanan cepat saji atau mengandung banyak gula dan garam

Baca juga: Anak Bisulan karena Banyak Makan Telur, Benarkah?

dr. Cut Nurul Hafifah Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Metabolik RS Pondok Indahdok. RSPI dr. Cut Nurul Hafifah Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Metabolik RS Pondok Indah

Studi BLISS juga memperingatkan berbagai hal mengenai metode BLW ini, yaitu jangan berharap dengan menggunakan metode ini bayi dapat langsung menyukai makanan yang dicobanya, serta bayi dapat segera mengonsumsi makanan dengan menu seimbang.

Atau juga jangan berharap, bahwa bayi langsung dapat menghabiskan makanannya dengan cepat dan tepat waktu.

Sebagai kesimpulan, dr. Cut menjelaskan, metode BLW saat ini masih menimbulkan kontroversi dan belum dapat dibuktikan sebagai metode pemberian MPASI yang aman dan lebih superior dibandingkan metode pemberian MPASI yang dianjurkan WHO.

“Masih banyak hal yang harus diperhatikan dengan cermat, sehingga metode BLW ini masih belum dianjurkan untuk diterapkan,” katanya.

Oleh karena itu, sebaiknya orang tua perlu menelaah lebih lanjut dan berdiskusi dengan dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik sebelum mencoba metode baru ini.

Baca juga: Mengapa Anak Susah Makan?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com