Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ivermectin Tak Bisa Digunakan untuk Mencegah dan Mengobati Covid-19?

Kompas.com - 31/08/2021, 19:30 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, membuat berbagai pihak mencari cara untuk mencegah atau mengobatinya. Apalagi, infeksi SARS CoV-2 penyebab Covid-19 termasuk penyakit baru.

Sayangnya, banyak metode yang digunakan untuk penyembuhan belum terbukti aman dan efektif, bahkan justru berisiko.

Salah satunya adalah menggunakan ivermectin, obat anti-parasit untuk mencegah dan mengobati Covid-19.

Baca juga: CDC Kembali Peringatkan untuk Tidak Gunakan Ivermectin sebagai Obat Covid-19

Apa itu ivermectin?

Melansir Cleveland Clinic, ivermectin biasa digunakan untuk mencegah penyakit cacing heartworm dan parasit lainnya pada hewan. Dosis besar ivermectin umumnya diformulasikan untuk kuda dan sapi.

Versi tersebut selama ini aman untuk hewan, tapi bukan pada manusia.

Dosis ivermectin yang lebih tinggi dalam formula ini bisa sangat beracun bagi manusia, dan itulah mengapa obat ini harus dihindari.

Namun, ivermectin juga telah disetujui Food & Drug Administration AS (FDA) untuk diresepkan dalam bentuk oral dan topikal untuk mengobati infeksi cacing gelang parasit seperti ascariasis, kutu kepala, dan rosacea pada manusia. Ini karena, ivermectin bekerja dengan melumpuhkan dan membunuh parasit.

Menurut dokter perawatan kritis Abhijit Duggal, MD, dosis formulasi oral jauh lebih rendah daripada dosis formulasi topikal,

“Ada beberapa pembahasan di internet yang belum terbukti, tapi orang-orang menyarankan bahwa dibutuhkan dosis ivermectin yang lebih tinggi. Sehingga, orang-orang menggunakanannya.”

Penelitian tentang penggunaan ivermectin untuk Covid-19

Ivermectin disebut sebagai obat ajaib. Faktanya, tidak banyak penelitian terkait ivermectin. Tidak ada banyak data yang mendukung efektivitas ivermectin melawan Covid-19.

Sebuah percobaan di Mesir menyebutkan angka kematian Covid-19 turun hingga 90 persen, setelah ivermectin diberikan pada peserta.

Namun kemudian ditemukan, bahwa hasil penelitian tersebut berasal dari pracetak dan temuan tersebut bermasalah.

Studi tersebut juga tidak dipublikasikan secara resmi dalam jurnal medis.

Hal lain dari studi tersebut yang menarik perhatian, satu kelompok peserta menerima ivermectin, sementara kelompok kontrol diberi hidroksiklorokuin, bukan plasebo.

“Setiap kali kita melihat obat atau intervensi apa pun, standar emas untuk benar-benar melihat kemanjuran intervensi tersebut adalah melakukan uji coba terkontrol acak yang dirancang dengan baik,” tegas dr. Duggal.

Terlepas dari penelitian di Mesir, ada beberapa uji coba terkontrol secara acak yang mengamati penggunaan ivermectin untuk berbagai tingkat keparahan infeksi Covid-19. Studi-studi tersebut, dikatakan dr. Duggal juga belum melaporkan sinyal apa pun yang menunjukkan keefektifan.

Masalahnya, penelitian di Mesir menunjukkan hal peningkatan kelangsungan hidup, sehingga hal ini mendorong banyak diskusi seputar penggunaan ivermectin.

Baca juga: Belum Dapat Izin BPOM, Begini Bukti Penelitian Ivermectin di Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com