Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Apa Luar Angkasa Memiliki Batas? | Cara Kerangka Berusia 7.000 Tahun di Sulawesi Awet

Kompas.com - 30/08/2021, 07:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu berita populer Sains atau yang paling banyak dibaca adalah pertanayan tentang apakah luar angkasa memiliki batas?

Selain itu, juga tentang kondisi paru-paru ketika kita mengidap asma dan cara mencerahkan kulit ketiak yang hitam secara alami dari ahlinya.

Dari bidang arkeologi, para ilmuwan dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Jerman, dan Australia telah menerbitkan temuan tentang manusia modern (Homo sapiens) tertua dari Sulawesi Selatan.

Kerangka manusia yang dijuluki Besse itu hidup 7.200-7.300 tahun lalu. Namun uniknya, saat ditemukan kerangkanya masih utuh atau dengan kata lain terawetkan dengan sangat baik. Apa yang membuat kerangka itu tetap terjaga menjadi berita populer lainnya.

Baca juga: [POPULER SAINS] Vaksin Pfizer Dipakai di Indonesia | Bencana Kelaparan Akibat Perubahan Iklim Melanda Madagaskar

Berikut rangkumannya:

1. Apa luar angkasa ada batasnya?

Tepat di atas kamu, ada langit – atau sebagaimana para ilmuwan menyebutnya, atmosfer. Atmosfer membentang sekitar 20 mil (32 kilometer) di atas Bumi. Sedang yang mengambang di sekitar atmosfer adalah campuran molekul – unsur udara yang sangat kecil yang miliaran di antaranya kamu hirup setiap kali bernapas.

Di atas atmosfer ada luar angkasa. Luar angkasa memiliki jumlah molekul yang jauh lebih sedikit, dengan banyak ruang kosong di antaranya.

Apakah kamu pernah membayangkan apa yang terjadi bila kamu berkelana ke luar angkasa – dan akan terus menembus tanpa henti? Apa yang akan kamu temukan?

Ilmuwan seperti saya dapat menjelaskan banyak tentang hal-hal yang kamu akan lihat di sana.

Tapi ada beberapa hal juga yang kami belum ketahui, seperti apakah ruang angkasa terus menghampar tak ada habisnya.

Baca artikel selengkapnya di sini:

Apakah Luar Angkasa Memiliki Batas atau Tidak Ada Habisnya?

2. Kondisi paru pengidap asma

Asma adalah gejala kesulitan bernapas yang disebabkan obstruksi saluran napas. Gejala yang umum dirasakan antara lain adalah batuk, sulit bernapas, dan dada terasa kencang.

Untuk memahami apa yang terjadi pada paru-paru yang mengalami asma, kita perlu mengetahui proses pernapasan yang normal.

Ketika seseorang menghirup napas, udara akan melewati hidung dan mulut memasuki trakea menuju ke paru-paru. Trakea akan terbagi ke dalam dua jalur, yaitu bronkus kanan dan kiri.

Gambarannya seperti pohon yang terbalik. Setelah masuk ke dalam paru-paru, bronkus akan bercabang lagi menuju saluran yang lebih kecil yang disebut bronkiolus.

Di ujung bronkiolus terdapat kantung udara yang disebut dengan alveolus. Alveolus inilah yang menjadi tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.

Oksigen dibawa ke seluruh tubuh melalui pembuluh kapiler dan dibawa oleh sel darah merah yang mengandung hemoglobin.

Ketika terserang asma Pada orang yang terserang asma, proses pernapasan yang normal seperti dijelaskan di atas tidak dapat terjadi.

Dilansir dari Asthma and Allergy Foundation of America, berikut adalah apa yang terjadi pada organ pernapasan penderita asma.

Selengkapnya baca di sini:

Begini Kondisi Paru pada Penderita Asma

3. Cara mencerahkan ketiak hitam

Warna ketiak yang tidak sama dengan sekitarnya bisa menjadi sumber kekhawatiran. Hal inilah yang dialami oleh pembaca Kompas.com Regitaaaaask yang mengirimkan pertanyaannya ke Halo Prof!:

"Malam Dok, saya mau konsultasi masalah ketiak. Ketiak saya lebih hitam dari area sekitarnya. Bagaimana cara memutihkan yang alami?"

Pertanyaan ini dijawab oleh dr. R. Aj. Putri Ambarani P., Sp.KK, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari RS Pondok Indah – Pondok Indah. Berikut paparannya:

Ada beberapa hal yang menyebabkan warna kulit ketiak menjadi hitam atau lebih gelap dari kulit sekitarnya, sehingga kondisi tersebut harus ditangani terlebih dahulu.

Hal tersebut antara lain penumpukan sel kulit mati, paparan bahan kimia dari deodorant atau anti-perspirant, gesekan terus menerus antara ketiak dan pakaian, kesalahan mencukur, dan obesitas.

Selengkapnya baca di sini:

Halo Prof! Bagaimana Cara Mencerahkan Ketiak Hitam Secara Alami?

4. Terkubur 7.000 tahun, bagaimana bisa kerangka manusia di Sulawesi tetap utuh?

Para ilmuwan dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar bekerja sama dengan peneliti dari Max Planck Institute for the Science of Human History, Jena, Jerman dan Griffith University Australia berhasil menemukan manusia modern (Homo sapiens) tertua dari Sulawesi Selatan.

Kerangka yang ditemukan di situs Leang Panninge atau gua Panninge, Maros, Sulawesi Selatan itu berjenis kelamin permpuan dan berusia 17-18 tahun saat meninggal.

Dari DNA yang dipelajari, tim ahli menemukan bahwa kerangka ini hidup sekitar 7.200 - 7.300 tahun yang lalu.

Menariknya, ahli menemukan ada tiga DNA yang ditemukan dari genom kerangka yang dijuluki Besse ini. Dia ternyata nenek moyang orang Papua, orang Aborigin Australia, dan Denisovan. Lantas, bagaimana kerangka ini terawetkan dengan baik selama ribuan tahun?

Prof. Dr. Akin Duli, M.A, dosen Arkeologi dari Universitas Hasanuddin, Makassar mengatakan, kerangka manusia yang dijuluki Besse (merujuk pada putri Bugis yang baru lahir) ditemukan terkubur dalam kondisi terkelungkup.

Bagaimana kerangka Besse sangat terawetkan dengan baik selama ribuan tahun disebut Akin sebagai sesuatu yang sangat menarik.

Menurut dia, ini disebabkan oleh kondisi lingkungan Leang Panninge yang secara tidak langsung melindungi kerangka tersebut.

Baca selengkapnya di sini:

Terkubur 7.000 Tahun di Sulawesi, Kok Bisa Kerangka Ini Masih Utuh?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com