Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Potensi Tsunami Selat Sunda dan Letusan Gunung Krakatau di Masa Lalu

Kompas.com - 28/08/2021, 09:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Dalam paparannya, Aditya menggambarkan bahwa gelombang tsunami yang terjadi di perairan dalam akan memiliki kecepatan yang cukup tinggi.

Saat memasuki perairan dangkal, maka kecepatan gelombang mulai turun, sehingga menghasilkan gelombang yang lebih tinggi saat mendekati perairan pantai.

"Tsunami saat itu memicu ketinggian hingga 41 meter di wilayah Merak dan 2,6 meter di Batavia," kata Aditya.

Dampak tsunami Gunung Anak Krakatau

Pada tahun 2018 lalu, peristiwa tsunami menghantam wilayah pesisir Banten dan Lampung, yang menyebabkan ratusan orang tewasm ribuan orang terluka dan puluhan orang hilang.

Baca juga: Menyoal Dakwaan pada Anak Krakatau tentang Kasus Tsunami Selat Sunda

 

Associate Professor Dr. Mohammad Heidarzadeh dari Universitas Brunel, narasumber lain dalam webinar tersebut telah mempelajari dampak tsunami yang dipicu oleh guguran material dari lereng Gunung Anak Krakatau pada 2018 lalu.

Heidarzadeh mengatakan bahwa akibat tsunami yang disebabkan oleh letusan Gunung Anak Krakatau, menyebabkan banyak rumah rusak.

Sebab, menurutnya, banyak bangunan di kawasan pesisir yang dibangun di dataran rendah, namun tidak memperhatikan ketahanan struktur bangunan yang baik.

Akibatnya, saat tsunami terjadi, banyak rumah dan bangunan yang hancur, terutama yang berada pada jarak 100 meter dari pantai.

Baca juga: Tsunami Selat Sunda Bisa Terjadi Lagi, tapi Kematian Karenanya Bisa Dihindari

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com