Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Tingkatkan Budidaya Udang Indonesia

Kompas.com - 24/08/2021, 11:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bukan isapan jempol belaka, penurunan emisi gas rumah kaca menekan laju perubahan iklim dunia. Ini juga berpengaruh besar terhadap sektor budidaya udang di Indonesia.

Hal ini disinggung oleh Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Muhammad Ilman dalam konferensi budi daya udang internasional bertajuk The Aquaculture Roundtable Serius (TARS 2021), Kamis (19/8/2021). 

Ilman menjelaskan, budidaya udang dan emisi gas rumah kaca sangat erat kaitannya.

Ini karena habitat alami dan tambak udang adalah wilayah pesisir, termasuk lahan mangrove.

Baca juga: Caridina woltereckae, Udang Cantik Sulawesi yang Terancam Punah

Sebagai informasi, budidaya udang adalah komoditas perikanan dengan tingkat pertumbuhan yang paling cepat dan dengan nilai perdagangan global yang meliputi 15 persen dari total nilai perdagangan perikanan internasional.

Mayoritas udang dibudidayakan di negara berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi lokal. 

Serta, diperkirakan kebutuhan protein berupa ikan akan terus meningkat hingga tahun 2030. 

Oleh sebab itu, negara-negara produsen perikanan utama seperti Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk meningkatkan volume ekspor hingga 250 persen pada tahun 2024. 

Ilman menegaskan, langkah ini dapat membantu ekonomi lokal dan nasional, tetapi harus dilakukan hati-hati, agar tidak melemahkan upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

“Banyak tambak yang terlanjur dibangun di dalam ekosistem mangrove di Asia Tenggara. Praktik ini merupakan kontributor utama pengurangan ekosistem mangrove global," kata dia.

Di Indonesia, sebagian besar dari 600.000 hektare tambak udang adalah tambak ekstensif dengan produktivitas rendah yang dikonversi dari lahan mangrove.

Sementara, para ahli dan ilmuwan dunia selalu mengingatkan salah satu upaya untuk menekan laju emisi gas rumah kaca adalah dengan memperhatikan dan menjaga sebaik mungkin atau bahkan memperluas ekosistem mangrove tersebut.

Solusi tambak udang di lahan mangrove

Dengan begitu, kata Ilman, sebagai solusi dari persoalan ini, perlu sekali untuk mendesain ulang tata letak tambak ekstensif tersebut.

Hal ini perlu dilakukan supaya 50-80 persen tambak bisa kembali berfungsi sebagai hutan mangrove secara alamiah.

"Di sisi lain, kegiatan budi daya bisa dilanjutkan di areal yang tersisa dengan mendorong teknologi budi daya yang lebih maju untuk meningkatkan produksi," ujarnya.

Baca juga: Ini Fungsi Hutan Mangrove bagi Kehidupan di Pesisir

Pendekatan ini dapat menyelamatkan 600,000 hektare mangrove dengan potensi mitigasi dan pengurangan karbon dioksida (CO2) sebesar 1 miliar ton dalam 10 tahun, dan pada saat yang bersamaan, Indonesia bisa mencapai target produksi udangnya.

“Jika kawasan pesisir dikelola secara terpadu, akan tercipta keseimbangan antara kesejahteraan masyarakat pembudidaya dan konservasi ekosistem mangrove," jelasnya.

Ilman menegaskan, upaya ini penting karena ekosistem mangrove yang sehat mendukung produktivitas perikanan, memberikan sumber pendapatan, perlindungan, serta berkontribusi pada ketahanan pangan dan sosial juga penurunan emisi gas rumah kaca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com