Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Fakta Badai Sitokin yang Dialami Deddy Corbuzier | WHO Tegur Indonesia

Kompas.com - 24/08/2021, 07:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu berita populer di kanal Sains yang paling banyak dibaca adalah tentang badai sitokin yang dialami Deddy Corbuzier.

Deddy mengakui bahwa dirinya telah sembuh dari Covid-19 dan sempat mengalami badai sitokin yang membuatnya sampai kritis. Deddy adalah salah satu orang yang selamat dari badai sitokin. Namun kenapa orang yang terlihat bugar seperti Deddy bisa mengalami kondisi ini?

Terkait usulan membuka sekolah tatap muka pada September nanti, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dan epidemiolog mengingatkan syaratnya harus sudah divaksin minimal 70 persen di setiap sekolah.

WHO pun menegur Indonesia karena tingkat mobilitas di Jawa meningkat. Bagaimana tanggapan epidemiolog terkait hal ini?

Lantas, jika ada dari Anda yang terpapar Covid-19 dan saat ini mengalami anosmia atau kehilangan indra penciuman dan perasa, ada cara yang bisa dilakukan untuk mengembalikannya.

Baca juga: [POPULER SAINS] Glycans, Gerbang Masuknya Virus Corona ke Sel | Fakta Bulan Biru

Berikut rangkumannya:

1. Fakta badai sitokin

Deddy Corbuzier mengaku sempat mengalami kondisi parah akibat terinfeksi Covid-19, dia bahkan mengalami badai sitokin meski tubuhnya bugar.

Dalam podcast terbarunya, Deddy menyebutkan terinfeksi virus corona setelah merawat keluarganya yang lebih dulu dinyatakan positif.

Di dalam artikel Kompas.com kemarin, dipaparkan sejumlah fakta tentang badai sitokin. Mulai dari penyebab badai sitokin, apa itu badai sitokin, gejala, hingga cara melewatinya.

Selengkapnya baca di sini:

7 Fakta Badai Sitokin, Kondisi yang Dialami Deddy Corbuzier hingga Kritis

2. Sekolah tatap muka September, syarat minimal seharusnya 70 persen

Rencana membuka sekolah tatap muka pada September 2021 menuai kritik dari FSGI dan epidemiolog.

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo, mengkritik kebijakan itu.

Menurut dia, tanpa ditunjang vaksinasi maka berisiko menimbulkan klaster Covid-19.

Itu artinya sama saja pemerintah mengabaikan keselamatan para pendidik dan peserta didik sesuai amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com