Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukti Radiasi Matahari Telah Membentuk Nanopartikel Besi di Bulan, Studi Jelaskan

Kompas.com - 23/08/2021, 09:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber PHYSORG


KOMPAS.com - Tidak seperti di Bumi, partikel-partikel besi berukuran nano banyak ditemukan di Bulan. Dalam studi baru, ilmuwan telah menemukan bukti bagaimana radiasi matahari membentuk nanopartikel besi tersebut.

Studi ini dipimpin oleh kandidat doktor dari Northern Arizona University, Christian J. Tai Udovicic.

Ia berkolaborasi dengan profesor Christopher Edwards, dan keduanya merupakan ilmuwan planet di Department of Astronomy and Planetary Science di Northern Arizona University.

Dalam studi yang telah dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters, para ilmuwan ini menemukan bahwa radiasi matahari bisa menjadi sumber yang lebih penting dari pembentukan nanopartikel besi bulan.

Dilansir dari Phys, Sabtu (21/8/2021), dampak asteroid dan radiasi matahari memengaruhi bulan dengan cara yang unik.

Sebab, seperti diketahui satelit alami Bumi ini tidak memiliki medan magnet pelindung dan atmosfer, seperti yang dimiliki Bumi.

Baca juga: Studi Baru, Tingkat Radiasi di Bulan 200 Kali Lebih Tinggi dari Bumi

 

 

Para ilmuwan planet ini mengungkapkan bahwa baik asteroid maupun radiasi matahari telah memecah batuan dan tanah di bulan, kemudian membentuk nanopartikel besi.

Bukti nanopartikel besi yang terbentuk akibat radiasi matahari dan asteroid itu dapat dideteksi dari instrumen pada satelit yang mengorbit bulan.

Penelitian dalam studi ini, para ilmuwan planet menggunakan data dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan pesawat ruang angkasa Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) untuk memahami seberapa cepat nanopartikel besi terbentuk di bulan dari waktu ke waktu.

"Kami telah lama berpikir bahwa angin matahari memiliki efek kecil pada evolusi permukaan bulan, padahal sebenarnya itu mungkin proses yang paling penting dalam memproduksi nanopartikel besi," kata Tai Udovicic.

"Karena besi menyerap banyak cahaya, dalam jumlah dan ukuran yang sangat kecil, partikel-partikel ini dapat dideteksi dari jarak yang sangat jauh, menjadikannya indikator besar perubahan di bulan," jelasnya.

Anehnya, nanopartikel besi yang lebih kecil tampaknya terbentuk pada tingkat yang sama dengan kerusakan radiasi dalam sampel yang dikembalikan dari misi Apollo ke bulan, sebuah petunjuk bahwa matahari memiliki pengaruh kuat dalam pembentukannya.

Baca juga: Radiasi Nuklir Chernobyl Naik 16 Kali dari Level Normal, Ini Sebabnya

Ilustrasi misi ke Bulan. NASA kembali menemukan bukti keberadaan air di permukaan Bulan. Penemuan air ini menjadi harapan untuk mewujudkan pangkalan bulan.NASA Ilustrasi misi ke Bulan. NASA kembali menemukan bukti keberadaan air di permukaan Bulan. Penemuan air ini menjadi harapan untuk mewujudkan pangkalan bulan.

"Ketika saya melihat data sampel Apollo dan data satelit kami secara berdampingan untuk pertama kalinya, saya terkejut," kata Tai Udovicic.

Tai Udovicic menambahkan bahwa studi ini menunjukkan, radiasi matahari dapat memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dalam perubahan aktif di Bulan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

"Tidak hanya menggelapkan permukaannya, tetapi mungkin juga menciptakan sejumlah kecil air yang dapat digunakan dalam misi masa depan," imbuh Tai Udovicic.

Saat NASA bersiap untuk mendaratkan wanita pertama dan pria berikutnya di permukaan bulan pada tahun 2024 sebagai bagian dari misi Artemis, memahami lingkungan radiasi matahari dan kemungkinan sumber daya di bulan menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Dalam pekerjaan masa depan yang baru-baru ini dianugerahi hibah NASA Future Investigators in Space Science and Technology (FINESST), Tai Udovicic berencana untuk memperluas studi yang ditargetkan ke seluruh bulan.

Baca juga: Misteri Asal Usul Radiasi Nuklir di Serpong, Ini Analisis Ketua HIMNI

 

Akan tetapi, ia juga ingin melihat lebih dekat pada pusaran bulan yang misterius.

Salah satunya yang baru-baru ini dipilih sebagai lokasi pendaratan untuk penjelajah Lunar Vertex pada misi ke Bulan, di masa yang akan datang.

Tai Udovicic juga mempelajari suhu bulan dan stabilitas air es untuk menginformasikan misi masa depan.

"Pekerjaan ini membantu kami memahami, dari pandangan mata burung, bagaimana permukaan bulan berubah dari waktu ke waktu," kata Tai Udovicic.

Kendati masih banyak yang harus dipelajari, ia dan timnya ingin memastikan bahwa ketika kita kembali ke bulan, misi tersebut didukung oleh ilmu pengetahuan terbaik yang tersedia.

"Ini adalah waktu yang paling menyenangkan untuk menjadi ilmuwan bulan sejak akhir era Apollo di tahun 70-an," imbuh Tai Udovicic.

Baca juga: Paparan Radiasi Nuklir di Serpong, Bagaimana Bersihkan Kontaminasinya?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber PHYSORG
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com