Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Bisa Sebabkan Kematian Mendadak

Kompas.com - 19/08/2021, 12:05 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sleep apnea adalah gangguan tidur yang diketahui telah menjadi masalah kesehatan yang umum secara global.

Sebuah penelitian menunjukkan, bahwa individu dengan gangguan tidur ini memiliki risiko kematian mendadak dua kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memiliki.

Termasuk salah satu gangguan tidur kronis, sleep apnea juga diidentifikasi dapat mengakibatkan risiko kematian kardiovaskular hampir dua kali lipat yang akan terus meningkat seiring bertambahnya usia.

Baca juga: Gejala Sleep Apnea yang Sering Diabaikan

Penelitian tersebut dilaksanakan oleh Penn State of Medicine di Hershey yang diterbitkan di BMJ Open Respiratory Research, dilansir dari Medical News Today, Rabu (18/8/2021).

Para peneliti di Penn State melakukan tinjauan sistematis terhadap literatur dan mengidentifikasi 22 studi yang berfokus pada sleep apnea obstruktif, kematian jantung, dan kematian mendadak. Tim menganalisis data gabungan dari studi ini dengan meta-analisis.

Menggunakan analisis kuantitatif, penelitian tersebut mencakup total gabungan lebih dari 42.000 peserta di seluruh dunia. Usia rata-rata peserta adalah 62 tahun dan sebanyak 64 persen berjenis kelamin laki-laki.

Kata apnea berarti henti napas. Sleep apnea terjadi karena adanya pengurangan atau penyumbatan total aliran udara selama tidur.

Gangguan ini dapat ditandai dengan kantuk berlebihan di siang hari, kelelahan, dengkuran berat dan tidur yang tidak menyegarkan.

Menurut Dr. John S. Oh, Asisten Profesor di Departemen Bedah di Penn State Health Milton S. Hershey Medical Center dan salah satu penulis penelitian, banyak pasien tidak menyadari  kefatalan diagnosis sleep apnea.

“Sleep apnea obstruktif adalah kondisi umum yang dapat berakibat fatal,” kata Dr. Oh.

Lantas, apa penyebab sleep apnea dan meningkatkan risiko kematian mendadak?

Menurut Dr. Oh, hal ini disebabkan oleh efek sistem saraf pada siklus tidur manusia.

Karena kurangnya oksigen yang dialami oleh penderita sleep apnea, memungkinkan sistem saraf pusat terlalu terangsang untuk meningkatkan aliran udara. Akibatnya, tekanan darah sistolik dan diastolik manusia mengalami peningkatan.

Selain itu, individu dengan sleep apnea juga akan mengalami stres oksidatif yang dapat berpengaruh pada ketidakseimbangan antioksidan dalam tubuh.

Ketidakseimbangan ini dapat merusak sel dan mempercepat proses penuaan, menyebabkan banyak masalah kesehatan dari waktu ke waktu.

Baca juga: Ponsel dan Stres Jadi Penyebab Gangguan Tidur Masyarakat Asia Pasifik Selama Pandemi

 

Tidur gelisah bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kebiasaan tidur yang buruk, stres, hingga gangguan tidur yang mendasari.FREEPIK/TIRACHARDZ Tidur gelisah bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kebiasaan tidur yang buruk, stres, hingga gangguan tidur yang mendasari.
Dalam sebuah podcast, Dr. Dale Coller, DO, dari Holland Hospital Pulmonary and Sleep Medicine di Michigan, juga berpendapat tentang stresor serius akibat sleep apnea obstruktif.

"Setiap kali (tenggorokan) menutup, itu sangat mirip dengan jika seseorang tersedak. Ini bisa terjadi ratusan kali dalam satu malam, menyebabkan orang tersebut stres dan tidurnya terpecah-pecah.” Jelas Coller.

Para peneliti mengatakan,  terdapat keterbatasan dalam studi ini, sehingga penelitian lanjutan terkait sleep apnea masih sangat diperlukan.

Selain itu, perlu adanya perawatan dan intervensi untuk mencegah sleep apnea obstruktif di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.

 Baca juga: Studi: Hindari Cahaya Ponsel dan TV Sebelum Tidur jika Ingin Menurunkan Berat Badan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com