KOMPAS.com - Hamil anggur menyerang banyak wanita Asia dan Afrika. Di Indonesia, sebanyak 1 dari 80 kehamilan normal adalah hamil anggur.
Hamil anggur memiliki nama lain mola hidatidosa atau molar pregnancy. Hamil anggur adalah kondisi akibat kesalahan proses fertilisasi yang berakibat pada pertumbuhan jaringan abnormal di dalam rahim. Jaringannya tampak seperti bulatan-bulatan yang mengumpul seperti anggur.
Baca juga: 9 Langkah Mencegah Preeklampsia pada Ibu Hamil
Dilansir dari American Pregnancy Association, ada dua macam hamil anggur:
Baca juga: Apakah Ibu Hamil Boleh Mengonsumsi Mi Instan? Ini Faktanya
Pada awal kondisi mola hidatidosa ini, wanita akan merasakan gejala yang sama dengan kehamilan normal. Gejala yang dirasakan seperti mual, muntah, pusing, dan gejala lainnya. Bahkan, wanita bisa merasakan gejala-gejala tersebut lebih hebat dari kehamilan normal.
Gejala utama lainnya ketika jaringan sudah semakin berkembang adalah perdarahan. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang mendorong pasien datang ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilannya.
Perdarahan ini bisa terjadi pada bulan pertama hingga ke tujuh. Karakteristik perdarahannya bisa intermiten. Jika terjadi sangat parah, bisa menyebabkan anemia hingga syok.
Gejala lainnya adalah perdarahan yang keluar dari vagina seperti gelembung-gelembung atau buah anggur, terjadi preeklampsia pada trimester 1 dan 2, terdapat gejala hipertiroid, dan tidak ditemukan denyut jantung walau hamil telah besar.
Kondisi ini memang cukup tinggi insidensinya. Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab mola hidatidosa ini. Ada beberapa faktor risiko yang membuat kemungkinan mengalami hal ini lebih besar.
Beberapa faktor risiko tersebut antara lain gizi buruk, etnis, genetik, riwayat gangguan sel telur, pernah mengalami keguguran, dan usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Baca juga: Waspada Tekanan Darah Tinggi Selama Hamil, Bayi Bisa Lahir Prematur
Pada wanita berusia lebih dari 35 tahun, risiko terkena kondisi ini meningkat hingga 2 kali lipat. Sedangkan pada wanita di atas 40 tahun, risikonya meningkat hingga 7 kali lipat.
Sedangkan etnis mempengaruhi karena insidensi wanita Asia dan Afrika jauh lebih tinggi dibandingkan di Amerika. Di Indonesia, insidensinya mencapai 1 per 80 kehamilan, sedangkan di Amerika Serikat hanya 1 per 1.000 kehamilan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.