Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Plastik di Laut Bikin Kelomang Tak Bisa Kenali Makanannya

Kompas.com - 13/08/2021, 11:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Sampah yang dihasilkan oleh manusia memiliki segala macam konsekuensi tak terduga pada hewan laut. Dan kini sebuah studi kembali memperlihatkan buktinya.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di Marine Pollution Bulletin, peneliti dari University of Hull menemukan kalau sampah plastik di lautan ternyata menarik perhatian kelomang.

Menurut peneliti, kelomang mendekati sampah karena baunya menyerupai makanan mereka.

Hasil studi tersebut didapat setelah peneliti melakukan pengamatan terhadap 40 kepiting yang ditemukan di lepas pantai Yorkshire Inggris.

Baca juga: Polusi Sampah Mikroplastik Bikin Kelomang Kesulitan Cari Rumah Terbaik

Temuan ini pun menjadi hal yang menyedihkan dan peringatan mengerikan tentang bagaimana limbah yang kita hasilkan dapat menganggu ekosistem laut.

Mengutip Gizmodo, Kamis (12/8/2021), bau yang disangka makanan oleh kelomang itu menurut peneliti berasal dari oleamida, senyawa yang terdapat pada plastik.

Selain ditemukan pada plastik, senyawa tersebut rupanya mirip dengan molekul yang dikeluarkan oleh beberapa hewan yang sudah membusuk. Sehingga, kelomang yang merupakan pemakan bangkai pun dibuat bingung dengan bau yang sama itu.

Kelomang pun akhirnya melintasi jarak jauh karena mencium bau yang mereka identifikasi sebagai makanan. Padahal mereka tak menyadari jika hanya menemukan onggokan plastik.

Hal tersebut pun menyebabkan kelomang menghabiskan lebih banyak waktu di sekitar plastik dan bahkan memakannya.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, bahwa paparan plastik mempengaruhi kemampuan kognitif kelomang, membuat mereka tak mampu memiliki cangkang yang optimal untuk ditinggali.

Pada akhirnya membuat mereka jauh lebih rentan terhadap pemangsa.

"Kami mungkin melihat bau plastik menjadi alasan utama mengapa begitu banyak organisme laut tertarik atau mengonsumsinya," ungkap Jorg Hardege, ahli ekologi kimia dari Univerity of Hull.

Baca juga: Temuan Baru, Mikroba dalam Perut Sapi Bantu Daur Ulang Plastik

 

Studi ini menunjukkan bagaimana degradasi lingkungan dapat memiliki segala macam konsekuensi yang tak terduga. Tanpa perubahan yang segera, masalah-masalah itu hanya akan bertambah buruk.

Apalagi, dunia juga makin terancam dengan makin banyaknya produksi serta jumlah plastik yang dibuang ke laut.

Problematika plastik bukan hal yang baru lagi. Dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya, setiap tahun setidaknya ada sekitar 300 juta ton plastik yang diproduksi secara global. Sayangnya, hanya 10 persen saja yang berhasil di daur ulang.

Sisanya terbawa ke lautan, terurai menjadi fragmen kecil, terbawa hingga ujung dunia, atau bahkan mengendap di lautan.

Baca juga: Butuh Rumah Baru, Kelomang Tempati Cangkang Teman yang Sudah Mati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com