Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/08/2021, 12:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti yang tengah menyelidiki kota metropolitan Thonis-Heracleion, kota Mesir Kuno yang tenggelam di teluk Mesir Abu Qir, menemukan sesuatu hal yang menarik.

Mereka menemukan keranjang buah anyaman yang berasal dari abad keempat SM masih dalam kondisi yang baik, bahkan buah-buahanya masih bisa teridentifikasi.

Keranjang, menurut peneliti berisi kacang doum-buah dari pohon palem Afrika yang dianggap suci oleh orang Mesir kuno-serta biji anggur.

"Tak ada yang terganggu. Sangat mengejutkan melihat sekeranjang buah-buahan itu," kata arkeolog kelautan Franck Goddio, seperti dikutip dari Smithsonian, Rabu (11/8/2021).

Baca juga: Kapal Zaman Mesir Kuno Ditemukan di Laut Mediterania

Temuan keranjang ini merupakan kerjasama yang dilakukan European Institute for Underwater Archaeology (IEASM) dengan Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir.

Para peneliti memang telah mensurvei kota pelabuhan kuno Thonis-Heracleion itu sejak ditemukan kembali pada 2001.

Lebih lanjut, keranjang buah disimpan di ruang bawah tanah dan kemungkinan merupakan persembahan untuk pemakaman.

Didekatnya para peneliti menemukan tumulus atau gundukan pemakaman berukuruan 60 meter x 7 meter dan sederetan barang pemakaman Yunani, yang kemungkinan besar ditinggalkan oleh pedagang dan tentara bayaran yang tinggal di daerah tersebut.

"Di mana-mana kami menemukan bukti material yang terbakar. Upacara spektakuler pasti terjadi di sana," papar Goddio.

Ia juga mengungkapkan jika tempat tersebut sudah disegel selama ratusan tahun, karena ia tak menemukan benda apapun dari awal abad keempat SM, meski kota itu eksis selama berapa ratus tahun setelah itu.

Benda-benda lain yang ditemukan di sekitar tumulus termasuk tembikar kuno, artefak perunggu, dan patung-patung yang menggambarkan dewa Mesir Osiris.

“Kami menemukan ratusan deposit yang terbuat dari keramik,” tambah Goddio.

Thonis-Heracleion didirikan sekitar abad kedelapan SM. Kota itu berfungsi sebagai 'pelabuhan wajib masuk ke Mesir untuk semua kapal yang datang dari Yunani', sebelum berdirinya Alexandria sekitar 331 SM.

Pusat perdagangan yang ramai mencapai puncaknya antara abad keenam dan keempat SM.

Bangunan menyebar di sekitar kuil pusat, dengan sistem kanal yang menghubungkan berbagai bagian kota.

Rumah dan bangunan keagamaan lainnya berdiri di pulau-pulau dekat jantung Thonis-Heracleion.

Namun, kota itu kemudian tenggelam pada abad ke delapan Masehi. Beberapa sejarawan mengaitkan kejatuhan metropolis dan naiknya permukaan laut serta runtuhnya sedimen yang tak stabil sebagai penyebabnya.

Memulihkan objek yang ditemukan dari reruntuhan Thonis-Heracleion merupakan tugas yang melelahkan karena lapisan sedimen pelindung yang menutupinya. Tetapi itu menjadi hal yang penting untuk mempelajari sebanyak mungkin hasil penggalian-penggalian ini.

Baca juga: Ahli Ungkap Isi Buku Kematian Mesir Kuno di Pembungkus Mumi Berusia 2300 Tahun

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com