Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Toksin dalam Tubuh, Bagaimana Hewan Terhindar dari Racunnya?

Kompas.com - 09/08/2021, 19:03 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa hewan menggunakan racun sebagai bagian dari mekanisme pertahanan diri mereka.

Seperti misalnya seekor burung kecil yang disebut pitohui berkerudung. Bulu oranye dan hitamnya ternyata mengandung racun batrachotoxin (BTX) yang mematikan.

Cukup dengan menyentuhnya, tangan Anda akan terasa terbakar. Sedangkan dengan menelannya sedikit saja, racun dapat menghentikan kerja saluran natrium dan menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian.

Baca juga: Studi: Manusia dan Tikus Berpotensi Punya Bisa Racun Seperti Ular

Para ilmuwan percaya bahwa pitohui tidak memproduksi racunnya sendiri, melainkan memperolehnya dari mangsa kumbang kecilnya.

Lalu, masih ada katak panah emas beracun di Amerika Tengah dan Selatan yang juga menyembunyikan racun di balik kulitnya yang berwarna cerah.

"Racun digunakan hewan untuk melindungi diri mereka sendiri karena memberikan rasa yang sangat tak menyenangkan pada mahluk yang mencoba memakannya bahkan dalam kasus terburuk bisa membunuh mereka," kata Daniel Minor, biofisikawan di University of California, San Francisco’s Cardiovascular Research Institute.

Namun ada pertanyaan menarik. Meski punya racun yang mematikan, bagaimana hewan-hewan tersebut dapat terhindar dari racun mereka sendiri?

Mengutip National Geographic, Senin (9/8/2021) selama beberapa dekade teori terbaik yang menjelaskan soal itu adalah burung dan katak berevolusi secara khusus menyesuaikan saluran natrium agar kebal terhadap BTX.

Saluran natrium sendiri merupakan bagian tubuh yang diperlukan agar saraf, sel otak, dan sel otot berfungsi dengan baik.

Tetapi sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of General Physiology punya pandangan lain mengapa hewan itu bisa selamat dari racun.

Para peneliti menyebut bahwa burung pitohui dan katak racun memiliki apa yang disebut spons racun atau protein yang mampu membersihkan racun fatal sebelum menyebabkan kerusakan.

Untuk membuktikannya, peneliti melakukan serangkaian uji coba di laboratorium. Minor bersama rekannya menciptakan kembali gen yang bertanggung jawab atas saluran natrium pitohui dan katak beracun, kemudian memasukkannya ke dalam sel hidup dari berbagai spesies yang terpapar BTX.

Sel-sel ini rupanya menyerah pada racun, menunjukkan saluran natrium hewan yang terpapar tak tahan terhadap BTX. Namun saat disuntikkan pada katak beracun, spesies tersebut bertahan.

"Itu memberi kita petunjuk bahwa ada sesuatu yang pada dasarnya melindungi saluran natrium dari racun. Dan teori utamanya adalah spons racun," ungkap Minor.

Rebecca Tarvin, ahli biologi evolusi University of California, Berkeley pun terkesan dengan hasil analisis tersebut.

"Saya sangat terkejut melihat bahwa saluran natrium pada katak beracun tak sensitif terhadap batrachotoxin," papar Tarvin.

Baca juga: LIPI Temukan Spesies Baru Katak Pucat dari Garut, Status Terancam Kritis

Hanya saja ia mengingatkan agar tak terlalu menggeneralisasi hasil karena masih banyak jenis katak lain yang memiliki racun.

Mempelajari racun sendiri dapat membantu untuk tujuan medis dikemudian hari, contohnya saja sebagai dasar pembuatan obat.

Beberapa komponen racun katak bahkan telah terbukti memiliki beberapa efek anti kanker dalam tes laboratorium. Sementara racun ikan buntal hingga kadal air, telah ditargetkan sebagai sumber anestesi baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com