KOMPAS.com - Sirosis hati adalah kondisi kronis dimana sel hati tidak lagi bisa berfungsi dan mengakibatkan menurunnya fungsi hati. Artikel ini akan membahas lebih lengkap mengenai kondisi ini.
Hati atau liver memiliki peranan penting dalam tubuh. Liver berfungsi memfilter toksin dari dalam darah, memproduksi enzim pencernaan, menyimpan cadangan gula dan nutrien, serta membantu tubuh melawan infeksi.
Jika dokter memberi tahu pasien bahwa ia mengalami sirosis hati atau sirosis hepatis, ini berarti pasien memiliki kondisi hati yang menurun. Pada organ tersebut, jaringan parut atau jaringan luka menggantikan sel hati yang sehat.
Baca juga: Mengenal Penyakit Hepatitis dan Perbedaan Tipenya
Sirosis hati adalah keadaan patologis yang menunjukkan stadium akhir fibrosis hepatis yang terjadi akibat mati atau rusaknya sel hati.
Kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama. Penyebabnya adalah konsumsi alkohol dan infeksi virus pada hati, seperti hepatitis. Di Indonesia sendiri, kebanyakan penyebabnya adalah infeksi hepatitis B dan C.
Namun, selain kedua penyebab umum tersebut, kondisi ini juga bisa terjadi akibat infeksi parasit, penyakit autoimun yang menyerang hati, penyakit metabolik seperti Wilson’s disease, atau efek toksisitas obat.
Hati adalah organ yang tidak bisa meregenasi selnya jika ada sel yang rusak. Sehingga jika terjadi kerusakan, bisa berakibat fatal. Semakin cepat kondisi ini terdiagnosis, semakin cepat pula kerusakan lebih lanjut bisa dicegah.
Baca juga: 5 Makanan yang Baik untuk Menjaga Kesehatan Liver
Dilansir dari American Academy of Family Physicians, sirosis hati adalah penyebab kematian tertinggi ke-12 di Amerika Serikat. Tingkat mortalitasnya mencapai 9,7 per 100.000 orang. Sayangnya, di Indonesia belum ada data resmi mengenai data sirosis hepatis ini.
Namun, pada laporan kasus yang dipublikasikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Udayana menyebutkan bahwa lebih dari 40 persen pasien sirosis hepatis tanpa gejala. Kasus ditemukan secara tidak sengaja ketika pasien pemeriksaan rutin atau pemeriksaan penyakit lain.
Pada tahap awal, jarang pasien yang menunjukkan gejala sehingga pasien merasa baik-baik saja. Kondisi ini sering tidak sengaja ditemukan ketika sedang berobat rutin atau memeriksa penyakit yang lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.