Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 05/08/2021, 17:43 WIB


KOMPAS.com - Malaria adalah penyakit yang telah ribuan tahun menjadi musuh bagi manusia. Sejak pil kina ditemukan pertama kali, penemuan obat malaria terus berkembang, salah satunya artemisinin yang berasal dari ramuan obat tradisional kuno China.

Pil kina adalah obat malaria pertama yang ditemukan dari ekstrak kulit pohon kina yang banyak digunakan masyarakat di Amerika dekat Peru.

Dilansir dari Washington Post, Kamis (5/8/2021), pada masa kolonial, penjelajah Barat menemukan kulit kayu kina sangat efektif untuk mengobati malaria.

Pada tahun 1820, seorang ilmuwan Perancis mengidentifikasi kina sebagai bahan aktif dalam kulit kayu kina, dan ekstrak ini menjadi pengobatan standar untuk malaria.

Penyakit malaria, hingga saat ini masih dikenal sebagai masalah kesehatan bagi masyarakat di negara-negara berkembang. Bahkan, ratusan tahun lalu, malaria adalah wabah yang mengintai sepanjang masa perang di daerah-daerah tropis.

Di tengah perang yang berkecamuk di Vietnam, para militer Amerika Serikat harus berhadapan dengan malaria dalam perang di hutan-hutan Vietnam. 

Amerika pun mulai mengerahkan berbagai penelitian untuk mencari obat malaria pengganti klorokuin. Di saat yang sama, China, atas permintaan sekutunya Vietnam Utara, sedang bekerja untuk mengembangkan obat yang sama.

Baca juga: Perangi Malaria Kambuhan, AS Loloskan Obat Jenis Baru

 

Salah satunya adalah artemisinin, obat malaria baru, yang merupakan hasil pengembangan dari ramuan obat tradisional China kuno yang ampuh untuk mengobati malaria, penyakit tropis yang telah membunuh lebih dari setengah juta orang setiap tahun.

Penemu obat malaria artemisinin ini adalah Tu Youyou, Farmakologis dari Akademi Ilmu Kedokteran China di Beijing bersama tim dalam Proyek 523 yang di mulai pada tahun 1967.

Pada mulanya, tim ini merupakan upaya rahasia yang melibatkan ratusan peneliti untuk menemukan obat malaria baru pada puncak revolusi kebudayaan kepemimpinan Mao Zedong.

Profesor Zhou Yiqing dari Akademi Ilmu Kedokteran Militer China mengatakan bahwa proyek 523 memiliki dua cabang.

Cabang satu berusaha mencari bahan sintetis di lab dan tim lain yang dipimpin oleh Tu Youyou mencari inspirasi dari buku kedokteran China kuno.

Yu dan tim mempelajari lebih dari 2.000 ramuan China yang ditulis dalam teks-teks lama untuk menemukan logika modern dengan cara kuno.

Saat mempelajari buku kedokteran China kuno untuk mencari obat malaria baru, mereka kemudian menemukan tanaman Artemisia annua. Tanaman yang kemudian menjadi bahan baku obat malaria artemisinin ini juga disebut apsintus tahunan, atau tanaman qinghao dalam bahasa China.

Baca juga: Parasit Malaria Kebal Obat, Berpotensi Picu Darurat Kesehatan Dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+