Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Vaksinasi Saja Tidak Cukup untuk Menghentikan Pandemi Covid-19

Kompas.com - 05/08/2021, 08:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Menurut penelitian terbaru, vaksinasi saja tidak cukup menghentikan munculnya varian baru.

Selain mengandalkan vaksin, peneliti memperingatkan untuk selalu memakai masker, menjaga jarak, dan selalu mencuci tangan dengan sabun.

Temuan ini juga mendukung panduan terbaru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) agar orang yang sudah divaksin tetap memakai masker.

Hal ini menurut laporan terbaru yang terbit di Nature Scientific Reports, pada Jumat (30/7/2021).

Baca juga: Luhut Sebut Herd Immunity Susah Terwujud, Epidemiolog: Ini Target Jangka Panjang

"Kami menemukan bahwa tingkat vaksinasi yang cepat dapat menekan munculnya strain yang resisten," tulis tim dalam temuan tersebut.

"Namun sebaliknya, ketika intervensi non-farmasi dilakukan saat sebagian besar masyarakat telah divaksinasi, kemungkinan munculnya varian virus yang resisten akan meningkat," tambah mereka seperti dilansir CNN, Jumat (30/7/2021).

Intervensi non-farmasi atau intervensi non-farmakologis (NPI) adalah semua jenis intervensi kesehatan yang bukan obat. Terkait Covid-19, intervensi non-farmasi termasuk tidak memakai masker, berkerumun, dan sebagainya yang bisa meningkatkan penularan virus.

"Hasil kami menunjukkan, pembuat kebijakan dan individu harus mempertimbangkan untuk mempertahankan intervensi non-farmasi dan perilaku pengurangan penularan selama periode vaksinasi."

Menurut Simon Rella dari Institut Sains dan Teknologi Austria yang terlibat dalam penelitian, ketika kebanyakan orang sudah divaksinasi tapi intervensi non-farmasi dilakukan, kemungkinan munculnya varian virus yang kebal vaksin sangat mungkin terjadi.

"Ini berarti strain yang resisten terhadap vaksin bisa menyebar ke seluruh populasi dengan cepat, meski banyak orang sudah divaksin," kata Rella.

Tetapi jika intervensi non-farmasi dipertahankan - seperti penggunaan masker dan jarak sosial - virus cenderung tidak menyebar dan berubah.

"Ada peluang untuk mencegah mutasi yang resisten terhadap vaksin," kata Rella.

 

Ilustrasi mutasi virus coronaShutterstock Ilustrasi mutasi virus corona

Tim menggunakan model matematika untuk memprediksi perubahan ini.

Temuan mereka juga mengikuti apa yang telah diketahui dari sisi epidemiologi virus corona dan apa yang dikenal sebagai tekanan selektif, yakni kekuatan yang mendorong organisme apa pun untuk berevolusi.

Hasilnya, para ahli sepakat bahwa pembuat kebijakan harus menahan godaan untuk mencabut pembatasan untuk merayakan atau menghargai upaya vaksinasi.

"Temuan ini mungkin benar, terutama dengan varian yang lebih menular seperti varian Delta," kata Fyodor Kondrashov, juga dari Institut Sains dan Teknologi Austria.

"Umumnya, semakin banyak orang yang terinfeksi, semakin besar kemungkinan munculnya resistensi vaksin. Jadi semakin banyak varian Delta yang menular, semakin banyak alasan untuk khawatir," kata Kondrashov.

Baca juga: Sudah Disetujui Kemenkes, Ini Syarat Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil

Namun sekali lagi, vaksinasi bukan satu-satunya cara untuk keluar dari pandemi. Pasalnya, virus pun belajar untuk resisten atau kebal dari vaksin.

Inilah kenapa orang yang sudah divaksin disarankan CDC AS untuk tetap menggunakan masker saat pergi ke luar rumah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com