KOMPAS.com - Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Pandjaitan menyatakan, herd immunity di Indonesia sulit tercapai karena tidak ada efikasi vaksin yang 100 persen.
Hal ini disampaikan Luhut dalam YouTube Sekretariat Presiden, Senin (2/8/2021).
"Angka reproduksi (virus corona) saat ini, 1,2 sampai 1,5 karena 3M dan 3T yang dilakukan," kata Luhut dalam kesempatan tersebut.
Luhut menyampaikan, wabah bisa terkendali jika angka reproduksi virus corona kurang dari 1,0 atau 0,9.
Dia melanjutkan, hal ini bisa tercapai dengan cakupan vaksinasi yang tinggi, masyarakat melakukan 3M (menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker), dan pemerintah masif melakukan 3T (tracing, testing, dan treatment).
"Ini kami persiapkan untuk menahan endemik ini. Karena herd immunity itu sulit dicapai karena efikasi dari setiap vaksin tidak ada yang 100 persen," kata Luhut.
Baca juga: Agar Indonesia Cepat Keluar dari Pandemi, Ini yang Harus Dilakukan
Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman, mengaku senang akhirnya pemerintah Indonesia menunjukkan sikap untuk mengendalikan pandemi di Tanah Air, meski memerlukan waktu lama.
Mulai dari menjalankan PPKM darurat, mulai memahami pentingnya testing, tracing, dan herd immunity.
Bicara soal herd immunity, Dicky mengatakan bahwa ini sebenarnya membicarakan target jangka panjang yang kompleks. Tidak bisa menargetkan herd immunity dalam 1 sampai 2 bulan saja.
"Target jangka panjang itu lama sekali. Kenapa lama, karena dalam herd immunity ada tiga variabel yang harus kita kendalikan seoptimal mungkin dan harus tercapai," ungkap Dicky kepada Kompas.com, Rabu (4/8/2021).
Tiga variabel penting dalam herd immunity itu adalah: