Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1,8 Juta Tahun Lalu Manusia Hidup Berdampingan dengan Anjing Pemburu

Kompas.com - 31/07/2021, 17:00 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti menemukan bukti bahwa manusia paling awal yang tinggal di luar Afrika, berbagi lingkungan dengan anjing pemburu.

Temuan tersebut disimpulkan setelah peneliti melakukan penggalian di sebuah situs dekat Dmanisi di Georgia.

Di tempat itu mereka menemukan keberadaan kerangka manusia purba sekitar 1,8 juta tahun lalu. Selain itu, tim juga menemukan sisa-sisa tulang anjing pemburu.

Temuan sisa tulang anjing pemburu itu merupakan bukti paling awal yang ditemukan di Eropa.

Peneliti mengatakan, anjing pemburu itu masuk dalam spesies Canis (Xenocyon) lycaonoides atau disebut juga dengan anjing pemburu Eurasia.

Baca juga: Makanan Manusia Purba Terungkap di Situs Purba Maros

Temuan ini pun menimbulkan pertanyaan tentang potensi interaksi antara kedua mahluk tersebut.

Mengutip New Scientist, Jumat (30/7/2021) peneliti menyebut saat manusia purba bermigrasi dari Afrika, mereka bertemu dengan anjing pemburu ini.

Anjing pemburu liar itu diyakini berasal dari Asia, menyebar ke dan melintasi Eropa dan Afrika antara sekitar 1,8 dan 8 juta tahun yang lalu. Sehingga menemukannya berada di Dmanisi menjadi hal menarik.

Dilansir dari Gizmodo, hasil analisis tulang menunjukkan jika anjing pemburu memiliki berat sekitar 30 kg atau seukuran serigala abu-abu modern. Gigi besar dan tajamnya kemungkinan digunakan untuk merobek daging.

Kemungkinan besar anjing juga memiliki kaki memanjang yang cocok untuk melacak mangsa. Selain itu mempunyai anatomi untuk lari jarak jauh yang melebihi pada spesies anjing lain

Peneliti pun berspekulasi jika Canis (Xenocyon) lycaonoides bisa jadi spesies nenek moyang anjing liar Afrika yang hidup saat ini.

Baca juga: Letusan Gunung Toba 74.000 Tahun Lalu Tak Pengaruhi Manusia Purba

Menariknya, peneliti juga menyebut bahwa sudah ada interaksi antara manusia purba dengan anjing ini, bahkan mencuri mangsa yang sudah berhasil dibunuh oleh anjing.

Meski begitu terbatasnyanya fosil membuat peneliti sulit mengetahui bentuk interaksi dua spesies ini lebih lanjut.

"Tetapi saya yakin bahwa catatan dari Dmanisi dapat menawarkan kejutan baru di masa depan dan studi ini merupakan awal yang baik," kata Marco Cherin, peneliti dari Universitas Perugia, Italia.

Temuan ini dipublikasikan di Scientific Reports.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com